Penulis
Intisari-Online.com – Seorang santa atau santo di Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur, Olga dari Kiev tampaknya tidaklah suci.
Mari kita lihat mengapa pemimpin yang galak ini bukanlah malaikat.
Olga dari Kiev adalah salah satu penguasa paling kejam dan pendendam dalam sejarah Rus Kiev, kerajaan yang nantinya akan melahirkan Rusia, Ukraina, dan Belarusia modern, yang membentang dari Laut Baltik di Utara hingga Laut Hitam di Selatan.
Lahir sekitar tahun 903 M di Pskov, Soviet, sejarah hampir tidak pernah melihat Olga dalam sebagian besar hidupnya, termasuk pernikahannya dengan Igor, Pangeran Kiev, dan kelahiran putranya.
Karena kematian suaminya, Olga tidak hanya sekadar seorang istri dan ibu, dan tanpa mengorbankan salah satu dari tugas itu, dia menjadi pusat perhatian.
Lahir sekitar tahun 903 M, Olga dari Kiev meninggal tahun 963 M.
Seperti semua Kekaisaran yang sedang bangkit, Rus Kiev tumbuh dengan mengorbankan tetangganya dan satu suku menjadi waspada terhadap pelukan mereka yang mencekik.
Hubungan antara Drevians dan Kievan Rus rumit, mereka bergabung dengan Rus dalam kampanye militer melawan Kekaisaran Bizantium dan membayar upeti kepada pendahulu Igor.
Tetapi berhenti pada tahun 912 ketika pangeran sebelumnya meninggal dan sebagai gantinya membayar uang perlindungan yang dimuliakan ini kepada seorang panglima perang lokal.
Igor berusaha memulihkan hak istimewanya pada tahun 945 dengen perjalanan ke ibu kota mereka, Iskorosten (sekarang Korosten di Ukraina Utara).
Kunjungan ini, seolah-olah 33 tahun sebelumnya tidak pernah terjadi, adalah tamparan di wajah dan Drevlian melawan, menangkap sang pangeran dan membunuhnya dengan mengerikan.
Menurut penulis sejarah Bizantium, Leo the Deacon, “Mereka menekuk dua pohon birch ke kaki sang pangeran dan mengikat ke kakinya, lalu membiarkan pohon-pohon itu tegak kembali, sehingga merobek tubuh sang pangeran.”
Putra mereka, Svyatoslav yang baru berusia tiga tahun, terlalu muda untuk naik takhta Kiev, maka Olga melangkah untuk memerintah sebagai wali menggantikannya.
Keluarga Drevian mengenalnya dengan baik, tetapi mereka mengira hanya berurusan dengan wanita bangsawan sopan yang dapat dengan mudah ditakuti dan mengatur untuk menikahi dengan Pangeran Mal mereka.
Mereka pikir akan bebas dari membayar upeti kepada Rus Kiev, lalu memerintah kerajaan ini.
Keluarga Drevian mengirim 20 pria terbaik mereka untuk mencoba dan membujuk Olga untuk menikahi simbol hidup pembunuhan suaminya.
Olga memberitahu mereka untuk menunggu di perahu, lalu dia menggali parit dan keesokan paginya mengubur utusan itu hidup-hidup.
Dia lalu mengirim pesan kembali ke Pangeran Mal yang seharusnya menerima lamarannya, tetapi dia meminta mengirim sekelompok kepala suku untuk menjemputnya.
Bak sambutan agung yang sesuai, Olga mengudang mereka untuk mandi di pemandiannya dan kemudian mengunci pintu, lalu membakar seluruhnya hidup-hidup.
Tapi, ini bukan akhir dari masalah.
Olga menyusun rencana untuk melenyapkan penguasa Drevian bersama-sama dan mengumumkan bahwa dia akan segera tiba di ibukota Drevian, Iskorosten dan meminta mereka untuk mengatur pesta pemakaman, untuk bisa meratapi kematian suaminya di kota itu.
Orang Drevian mulai mempersiapkan pesta dan setelah meminum minuman mereka, tentara Olga menempatkan 5.000 dari mereka di ujung pedang.
Pesta pertumpahan darah ini tidak cukup untuk memuaskan kebutuhannya akan balas dendam, Olga mengumpulkan pasukan untuk melenyapkan musuh-musuhnya untuk selamanya.
Drevian yang masih hidup memohon belas kasihan dan menawarkan untuk membayar madu dan bulu untuk menghindari kemarahan Olga.
Olga tampak melunak, akankah dia menjadi lebih baik?
“Beri saya tiga merpati,” katanya, menurut Pratama, melansir historyanswers.
“Dan tiga burung pipit dari setiap rumah. Saya tidak ingin memaksakan upeti yang berat, seperti suami saya, tetapi saya hanya membutuhkan hadiah kecil ini dari Anda, karena Anda dimiskinkan oleh pengepungan.”
Lalu, Olga memberikan kepada setiap prajurit di pasukannya seekor merupati atau burung pipit, dan memerintahkan mereka untuk menempelkan dengan benang ke setiap merpati dan burung pipit sepotong belerang yang diikat dengan potongan-potongan kecil kain.
Saat malam tiba, Olga meminta tentaranya melepaskan merpati dan burung pipit.
Lalu, burung-burung terbang kembali ke sarangnya, merpati ke kandangnya, dan burung pipit di bawah atap. Saat itulah semuanya terbakar.
Tidak ada satu rumah pun yang tidak hangus, dan api tidak bisa dipadamkan, karena semua rumah terbakar sekaligus.
Orang-orang melarikan diri dari kota, dan Olga memerintahkan tentaranya untuk menangkap mereka.
Dia mengambil kota itu dan membakarnya, menangkap para tua-tua kota itu, beberapa tawanan lain dibunuhnya, dan beberapa dia berikan kepada orang lain sebagai budak bagi para pengikutnya. Sisanya dia tinggalkan untuk membayar upeti.
Drevian telah membayar dalam kehidupan dan rumah, serta sebagai pernghormatan kepada Keivan Rus.
Setelah pembantaian yang mengerikan itu, mengapa Olga dari Kiev masih dihormati sebagai orang suci lebih dari seribu tahun setelah kematiannya?
Apa pun yang sebenarnya terjadi, Olga mengabdikan dirinya pada Kekristenan Ortodoks tak lama setelah pembalasannya selesai.
Terlepas dari masa lalunya, dia akhirnya menjadi orang pertama keturunan Rusia yang menerima gelar kesucian dari Gereja Ortodoks.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari