Find Us On Social Media :

Perkembangan Industri Baterai Mobil Listrik Indonesia Tak Lagi Angan Semata, Produsen Senyawa Lithium Terbesar Ketiga di Dunia Ini Kini Ikut Muluskan Ambisi Luhut dan Jokowi Ini

By May N, Rabu, 29 September 2021 | 11:57 WIB

Ilustrasi mobil listrik, sumber investasi besar-besaran yang jadi bidikan Indonesia membangun industri baterai kendaraan listrik

Intisari-Online.com - Presiden Indonesia Joko Widodo pernah mengatakan ambisinya menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle Battery / EV Battery) yang akan menjadi industri terkemuka di masa depan.

Ambisi ini menjadi pelita dari jebakan bahan baku Indonesia.

Menurutnya Indonesia tidak bisa terus-terusan hanya menjadi penyedia bahan baku sumber energi saja.

Indonesia harus meningkatkan permainannya menjadi produsen sumber energi tersebut.

Baca Juga: Kegirangan Punya Harta Karun yang Diprediksi Bisa Membuat Indonesia Kaya Raya di Masa Depan, Media Hong Kong Ini Malah Sebut Pemerintah Indonesia Lakukan Pekerjaan Bodoh Gara-gara Hal Ini

Terlebih Indonesia merupakan pemilik tambang bahan baku baterai EV terbesar di dunia.

Kini, baterai EV menjadi ambisi satu langkah kemajuan Indonesia.

Ambisi ini didukung sepenuhnya oleh salah satu nama di balik perkembangan baterai EV di dunia, Elon Musk.

Sudah beberapa kali salah satu orang terkaya di dunia itu mengatakan Indonesia bisa menjadi produsen baterai EV terkemuka.

Baca Juga: Sudah Guncang Dunia Karena Gurita Produksi Nikel di Indonesia, Perusahaan China Ini Akan yang Memegang Kendali Produksi Baterai Lithium di Indonesia

Setelah perjalanan panjang, baru-baru ini Indonesia akhirnya mendapat jalan terang untuk menjadikan produksi baterai EV menjadi kenyataan.

Awal minggu ini dikabarkan 2 perusahaan terkemuka China bergabung dalam perkembangan produksi baterai EV di Indonesia.

Dua perusahaan tersebut adalah Shenzhen Chengxin Lithium Group Co Ltd dan Tsingshan Holding Group.

Sebelumnya, perusahaan Korea Selatan, Hyundai dan LG, sudah berinvestasi dalam aktivitas pabrik baterai EV di Karawang.

Baca Juga: Indonesia Berhasil Dijadikan China Sebagai Pabrik Listrik Mereka, Tetapi Menteri Luhut Justru Ketar-ketir Karena Hal Ini

Nama Shenzhen Chengxin dan Tsingshan Holding Group bukanlah nama baru dalam permainan baterai EV.

Tsingshan adalah raksasa nikel dan baja, yang berhasil mengguncang dunia tepatnya pasar nikel global dengan meningkatkan produksi nikel dengan cepat dengan biaya murah di Indonesia.

Kini, keduanya siap garap lithium sebagai sumber baterai EV ketika pasar China sedang mendamba baterai EV dan penjualan meroket.

Baru-baru ini, permainan baterai EV Indonesia juga kemungkinan akan bertambah pemainnya.

Baca Juga: Pantesan Indonesia Manggut-manggut Lautnya Dilewati Kabel Raksasa dari Australia Sampai Singapura, Suntikan Rp 40 Triliun Ini Bisa Jadi Pemulus Proyek Dua Negara Tetangga Ini di Indonesia

Ialah Ganfeng Lithium, yang ternyata merupakan produsen senyawa lithium terbesar ketiga di dunia!

Mengutip India Times, Ganfeng Lithium Co Ltd dari China adalah perusahaan lithium terbesar di dunia melihat dari kapitalisasi pasar.

Ganfeng awal tahun ini sepakat membeli bijih nikel dari tambang Indonesia yang digarap perusahaan Singapura, Silkroad Nickel Ltd, dan akan menginvestasikan USD 30 juta ke perusahaan Singapura tersebut.

"Kami akan menyetujui kesepakatan dan kemudian kami sedang mempelajari membuat bahan kimia hilir," ujar Wang Xiaoshen dalam wawancara di konferensi IMPACT yang diadakan oleh Reuters.

Baca Juga: Padahal Harta Rp92 Triliun Ditemukan Tertimbun di Bawah Rumahnya, Pemilik Rumah Ini Sepeserpun Tak Bisa Menikmatinya, Tapi Justru Mengaku Bahagia Karena Ini

Ganfeng adalah penyuplai utama lithium untuk perusahaan mobil listrik terkemuka AS, Tesla Inc.

Kini Ganfeng menjadi perusahaan China terbaru yang mengejar peleburan nikel di Indonesia.

"Tentu saja kami secara seksama menonton kebijakan nasional Indonesia untuk ekspor nikel," ujar Wang.

"Sehingga kami akan memutuskan kapal kebijakannya jelas apa produk yang cocok diproduksi di Indonesia. Tentu itu akan menyuplai untuk rantai pasokan baterai."

Baca Juga: Luhut Boleh Berencana, AS Lah yang Kelak Menentukan, Kala Ambisi Indonesia Jadi Produsen Baterai Mobil Listrik Terbesar Sejagat Terancam Dijegal Hanya dengan Cara Culas Ini

Indonesia memang menjanjikan menjadi produsen baterai EV, karena memiliki tambang nikel terbesar di dunia.

Akhirnya Indonesia melarang ekspor bijih nikel dari 2020 lalu untuk memproduksi lebih banyak sumber di dalam negeri dan fokus pada pengembangan rantai pasokan baterai EV yang lengkap.

Kemudian Indonesia juga sedang menjajaki pengenaan pajak ekspor produk nikel dengan kandungan nikel di bawah 70%.

"Kami sedang mengevaluasi semua pilihan, termasuk membangun proses itu sendiri, atau pemrosesan pihak ketiga," ujar Wang.

Baca Juga: Sempat Dikabarkan Resesi, Ternyata Beginilah Pertumbuhan Ekonomi Daerah-daerah di Indonesia Tahun 2020 Lalu, Siapa Sangka Provinsi Papua Ungguli Pertumbuhan Ekonomi di Jawa

Wang menjelaskan Ganfeng terkadang membeli nikel untuk produksi prekursor baterai nikel-kobalt-mangan (NCM) untuk menjadi suplemen sumper utama pasokan daur ulang baterai.

Agar membuat bisnis prekursor ini dapat diskalakan, beberapa nikel dan kobalt akan harus datang dari sumber yang lebih stabil.

Berita Ganfeng berpikir ikut memproduksi senyawa nikel datang setelah salah satu investor terbesar di bidang nikel, Tsingshan Holding Group, ikut terlibat dalam bisnis lithium di Indonesia.

Dan siapa sangka, Ganfeng juga menghadapi kompetisi dari pembuat baterai tidak terkenal atas target akuisisi terbarunya, yaitu Millenial Lithium Corp dari Argentina.

Baca Juga: Menteri Luhut Sampai Menyebutnya 'Pembuka' Industri Kendaraan Elektrik di Indonesia, Smelter Nikel RI-China Ini Dicacat Mati-matian Oleh Pihak Internasional, Ini Sebabnya

Ganfeng punya waktu sampai Senin guna menyamai atau mengungguli tawaran pembuat baterai untuk Millenial, yang lebih tinggi dari tawaran mereka.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini