Indonesia memang menjanjikan menjadi produsen baterai EV, karena memiliki tambang nikel terbesar di dunia.
Akhirnya Indonesia melarang ekspor bijih nikel dari 2020 lalu untuk memproduksi lebih banyak sumber di dalam negeri dan fokus pada pengembangan rantai pasokan baterai EV yang lengkap.
Kemudian Indonesia juga sedang menjajaki pengenaan pajak ekspor produk nikel dengan kandungan nikel di bawah 70%.
"Kami sedang mengevaluasi semua pilihan, termasuk membangun proses itu sendiri, atau pemrosesan pihak ketiga," ujar Wang.
Wang menjelaskan Ganfeng terkadang membeli nikel untuk produksi prekursor baterai nikel-kobalt-mangan (NCM) untuk menjadi suplemen sumper utama pasokan daur ulang baterai.
Agar membuat bisnis prekursor ini dapat diskalakan, beberapa nikel dan kobalt akan harus datang dari sumber yang lebih stabil.
Berita Ganfeng berpikir ikut memproduksi senyawa nikel datang setelah salah satu investor terbesar di bidang nikel, Tsingshan Holding Group, ikut terlibat dalam bisnis lithium di Indonesia.
Dan siapa sangka, Ganfeng juga menghadapi kompetisi dari pembuat baterai tidak terkenal atas target akuisisi terbarunya, yaitu Millenial Lithium Corp dari Argentina.