Find Us On Social Media :

Ayahnya Rela 'Serahkan Batang Leher' Kepada CIA dan Khianati Kepercayaan Khadafi, Kini Anaknya Bersekongkol dengan Israel untuk Bikin Murka Umat Islam Seantero Dunia

By Ade S, Rabu, 1 September 2021 | 18:45 WIB

Kolase Khalifa Haftar dan Muammar Gaddafi dari Libya.

Intisari-Online.com - Israel terus berburu dukungan dari negara-negara Islam di berbagai penjuru dunia yang selama ini memusuhinya.

Terbaru, Israel diketahui secara khusus mengirimkan petugas intelijennya untuk menemui salah seorang calon kandidat presiden.

Pertemuan ini diklaim tidak hanya menjadi wujud dukungan Israel kepada calon tersebut.

Banyak pihak yang meyakini bahwa pertemuan rahasia ini juga sebagai jaminan kelak sang calon akan membawa negaranya menjalin diplomasi dengan Israel.

Baca Juga: Meski Berhasil Dijebol Hamas, Amerika Bakal Tetap Gunakan Iron Dome Israel dan Bahkan Akan Dipasang di Pangkalan Teluk Arab

Lalu, negara manakah yang dimaksud?

Melansir Washington Free Beacon, bulan ini intelijen Israel menemui Saddam Haftar, putra dari panglima perang Libya, secara rahasia.

Pertemuan tersebut tidak lain untuk membahas mengenai kandidat presiden yang akan menjalani pemilihan pada 2021 ini.

Melalui pertemuan tersebut juga, sumber Washington Free Beacon menyebut Israel secara jelas mengirimkan sinyal kepada siapa mereka memberikan dukungan.

Baca Juga: Jumlah Milisi Taliban 200.000 Lebih, Mengapa Mereka Tak Membantu Palestina yang Sama-sama Mayoritas Islam dan Tak Perangi Israel yang Diskokng AS?

Haftar memang tengah mencari dukungan Barat untuk kampanyenya, di mana dia akan bersaing dengan Saif al-Islam Khadafi.

Ya, seperti terlihat dari namanya, Saif adalah putra mantan orang kuat Libya, Muammar Khadafi.

Kemenangan Haftar akan menjadi jalan pintas bagi Israel untuk menjalin hubungan diplomasi dengan Libya, yang tidak mengakui negara Yahudi.

Jika hal tersebut sampai terjadi, maka Libya akan menyusul Maroko, Sudan, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.

Baca Juga: Dunia Sedang Heboh Afghanistan Dikuasai Taliban, Mendadak Israel Kembali Bombardir Jalur Gaza hingga Terjadi Ledakan, Pusat Hamas Ini yang Jadi Incarannya, Ada Apa Lagi?

Selama pertemuan, Haftar membahas "situasi di kawasan", "aspirasinya untuk stabilitas negaranya", serta dukungannya terhadap "demokrasi, hukum, dan ketertiban di negaranya."

Israel, baik pemerintah maupun badan intelijen enggak untuk memberi tanggapan terkait dengan kabar pertemuan tersebut.

Hanya saja, Israel, bersama AS, selama ini memang selalu berada di belakang ayah Haftar, Khalifa Haftar.

Pemilihan presiden Libya sendiri akan dihelat pada 24 Desember 2021, setelah tertunda sebanyak dua kali pada 2018 dan 2019 akibat perang saudara.

Baca Juga: Berusia 1.700 Tahun, Koin Kuno Seberat 5,9 Kg Ini Ditemukan oleh Pemandu Wisata Israel dalam Perjalanan Kemahnya, Kemungkinan Harta Karun dari Kapal Karam

Libya saat ini tengah berada di bawah pemerintahan semetara dengan perdana menteri dan dewan presiden sementara pula.

Sumber-sumber intelijen Israel memperkirakan pemilihan tersebut akan menjadi pertempuran antara dua kubu yang selama ini berseberangan.

Di satu sisi adalah kelompok pendukung ayah Saif al-Islam Khadafi, Muammar Khadafi. Sementara di sisi lain adalah pendukung ayah Saddam Haftar, Khalifa Haftar.

Khalifa Haftar diketahui merupakan mantan pemimpim militer Libya yang sangat dipercaya oleh Muammar Khadafi.

Baca Juga: Pantas Sampai Relakan Rakyatnya Terkapar karena Covid-19, PM Israel Blak-blakan Ungkap Negaranya Bakal Jadi Sasaran Empuk Hamas dan Iran Jika Sampai Terapkan Lockdown, Ini Alasannya

Hanya saja, semuanya berubah 180 derajat pada 1990-an ketika Khalifa Haftar memilih untuk membelot dan menjadi pembantu CIA.

Akibat keputusannya ini pula dia harus meninggalkan Libya dan menetap di Virginia, AS, selama 20 tahun, sebelum akhirnya kembali pada 2011.

Sebagai salah seorang pemimpin Tentara Nasional Libya, Khalifa Haftar telah memperoleh dukungan barat selama bertahun-tahun.

Namun, hubungan tersebut melemah setelah dirinya melakukan pengepungan militer terhadap pemerintah sementara yang didukung PBB di Tripoli pada 2009.

Baca Juga: Bak Tak Cukup Bikin Normalisasi Hubungan di Atas Darah Rakyat Palestina, Israel-UEA Kini Malah Bersiap Hancurkan Keanekaragaman Terbesar Seantero Bumi Gara-gara Proyek Rahasia Ini

Barat, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, memberikan teguran keras kepada sang panglima perang.

Meski bagi Donald Trump, penyerangan tersebut tampaknya bukan masalah yang besar yang malah mengakui peran Haftar dalam 'memerangi terorisme dan sumber daya minyak Libya'.

 

Baca Juga: Padahal Sempat Disinggung Israel, Bahkan Dihubungkan dengan Hamas, Mengapa Taliban yang Begitu Kuat Tak Membantu Palestina Melawan Israel, Ini Alasannya