Find Us On Social Media :

Padahal Brutal, Ini Alasan Amerika Masih Mati-matian Dukung Israel Hancurkan Palestina

By Khaerunisa, Rabu, 19 Mei 2021 | 19:45 WIB

Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, pemimpin negara AS dan Israel yang bersekutu dekat.

Intisari-Online.com - Ketika dunia mengecam aksi brutal Israel terhadap Palestina, ada satu negara yang tetap berdiri membela Negeri Yahudi itu, yang tak lain Amerika Serikat (AS).

Dukungan AS terhadap Israel yang terus menghancurkan Palestina seolah tak tergoyahkan.

Lalu, apa alasan AS masih mati-matian meletakkan dukungannya terhadap Israel?

Melansir Aljazeera (18/5/2021) oleh William Robert, Dijelaskan dukungan AS terhadap Israel telah diberikan sejak Negeri Yahudi itu merdeka.

Baca Juga: Berlagak Pura-Pura Serukan Genjatan Senjata Israeal-Palestina, Ternyata Ada Rencana Busuk AS, Transaksi Senilai Rp10,5 T dengan Israel Ini Buktinya

Ialah Presiden ke-33 AS Harry Truman, yang memerintah mulai tahun 1945 hingga tahun 1953, yang memulai dukungan AS terhadai Negeri Yahudi.

Presiden Truman menjadi pemimpin dunia pertama yang mengakui Israel ketika didirikan pada tahun 1948.

Dikatakan, hal itu dilakukan Presiden Truman sebagian karena ikatan pribadi, namun ada juga pertimbangan strategis yang mendorong keputusan tersebut.

Meski begitu, ketika itu AS masih belum secara tegas memberikan dukungan untuk Israel.

Baca Juga: Batu-batu Terkikis, Pilar pun Perlahan Luruh, Masjid Al-Aqsa Ternyata Pelan-pelan Dihancurkan Israel Lewat Cara Khusus, Tanpa Bekas Tapi Mujarab

Pertimbangan strategis yang dimaksud yaitu di mana Timur Tengah, dengan cadangan minyak dan jalur airnya yang strategis adalah medan pertempuran utama untuk pengaruh hegemoni negara adidaya selama Perang Dingin.

Saat itu, AS mengambil alih dari kekuatan Eropa yang sangat lemah sebagai perantara utama kekuatan barat di Timur Tengah.

Kemudian sejak berakhirnya Perang Enam Hari tahun 1967, AS telah bertindak tegas untuk mendukung superioritas militer Israel di wilayah tersebut dan untuk mencegah tindakan permusuhan terhadapnya oleh negara-negara Arab.

Saat itu, Israel mengalahkan pasukan Arab yang terdiri dari Mesir, Suriah dan Yordania.

Baca Juga: Saksikan Sendiri Masjid Al-Aqsa Dijadikan Tempat Sampah oleh Romawi, Umar bin Khattab Malah Lontarkan Ikrar Termasyhurnya Bagi Umat Kristen dan Yahudi Usai Taklukkan Yerusalem

Selain Perang pada tahun 1967, ada juga Perang tahun 1973 yang berakhir dengan Israel mengalahkan pasukan Mesir dan Suriah.

Perang itu sebagian untuk memecah belah Mesir dan Suriah serta menggagalkan pengaruh Soviet.

Sementara AS juga menggunakan dampak perang tahun 1973 itu untuk meletakkan dasar bagi kesepakatan damai antara Israel dan Mesir yang akhirnya disatukan pada 1979.

Israel pun menjadi penerima kumulatif terbesar dari bantuan luar negeri AS di era pasca-Perang Dunia II.

Baca Juga: Tak Sekedar Baku Tembak Saja, KKB Papua Ternyata Juga Melakukan Tugas Rahasia Ini Untuk Melawan Indonesia

Pada tahun 2016, Presiden Barack Obama menandatangani perjanjian pertahanan dengan Israel yang memberikan $ 38 miliar dalam dukungan militer AS selama 10 tahun termasuk pendanaan untuk sistem pertahanan rudal Iron Dome.

Padahal, Israel sendiri merupakan negara berpenghasilan tinggi dengan sektor teknologi tinggi yang berkembang pesat.

Selain urusan geostrategis, opini publik, serta uang -dan pengaruh yang dibeli uang dalam politik- juga berperan dalam kebijakan AS terhadap Israel dan Palestina.

Opini publik Amerika telah lama mendukung Israel dan Palestina.

Baca Juga: Kecerdasan Bangsa Yahudi, Ini 7 Faktor Mengapa Orang Yahudi Bisa Pintar-pintar?

Aksi kekerasan yang menarik perhatian banyak orang oleh kelompok-kelompok pro-Palestina seperti Pembantaian Munich 1972 di mana 11 atlet Olimpiade Israel terbunuh, juga menimbulkan simpati bagi Israel.

Namun, simpati tersebut juga bisa goyah seperti yang ditunjukkan oleh sebuah jejak pendapat pada Februari lalu yang menemukan bahwa 25 persen orang Amerika lebih bersimpati dengan orang Palestina.

Angka itu menunjukkan peningkatan 2 poin persentase dari tahun sebelumnya dan enam poin persentase lebih tinggi dari 2018.

Tapi itu juga berarti bahwa Israel masih memegang kekuasaan yang jauh lebih besar menurut opini publik AS.

Baca Juga: Inilah Sejarah Masjid Al Aqsa, Sering Disalahartikan dengan Kubah Batu

Itu tak lepas dari sejumlah organisasi di AS telah mengadvokasi dukungan AS terhadap Israel.

Organisasi terbesar dan paling kuat secara politik adalah Komite Urusan Publik Israel Amerika (AIPAC).

Anggota organisasi ini memiliki pengaruh melalui pengorganisasian akar rumput, advokasi dan penggalangan dana di antara orang-orang Yahudi Amerika di AS serta gereja-gereja evangelis Kristen.

Sementara itu, sebuah kelompok pro-Israel yang lebih kecil bernama yaitu J Street yang diorganisir oleh Demokrat telah berusaha untuk membangun konstituensi dalam politik AS yang mendukung hak-hak Israel dan Palestina.

Baca Juga: Inilah Sejarah Masjid Al Aqsa, Sering Disalahartikan dengan Kubah Batu

Ada pula pengaruh uang dalam dukungan tersebut, di mana kelompok kepentingan pro-Israel menyumbangkan jutaan untuk kandidat politik federal AS.

Disebutkan, selama kampanye 2020, kelompok pro-Israel menyumbangkan $ 30,95 juta, dengan 63 persen ke Demokrat, dan 36 persen ke Republik.

Itu sekitar dua kali lipat dari yang mereka sumbangkan selama kampanye 2016, menurut OpenSecrets.org.

Mayoritas besar Kongres AS di partai Demokrat dan Republik pun secara terbuka mendukung Israel.

Baca Juga: Konflik Israel-Palestina Jadi Gambaran Perhitungan Kasar Joe Biden Mengenai Peran AS di Timur Tengah

Ketua DPR Nancy Pelosi, Pemimpin Mayoritas DPR Steny Hoyer dan Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer, yang semuanya Demokrat, memiliki rekam jejak panjang dalam mendukung Israel.

“Faktanya adalah bahwa kami memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Israel, dan keamanan Israel adalah masalah keamanan nasional bagi kami, sebagai teman kami, seorang negara demokratis di wilayah tersebut," kata Pelosi.

Hal itu disampaikannya ketika ditanya minggu lalu apakah perlu lebih banyak hal yang dilakukan untuk menghentikan serangan Israel di Gaza.

“Hamas mengancam keamanan orang-orang di Israel. Israel punya hak untuk membela diri," ungkapnya.

Baca Juga: Krisis Covid-19 di India Belum Usai, Negara Ini Makin Porak-poranda Gegara Angin Topan

Meski ada pendukung Israel yang kuat di AS, namun rupanya tetap ada pendukung Palestina di sana.

Misalnya sudut pandang Palestina telah lama diwakili oleh American-Arab Anti-Discrimination Committee (ADC), yang didirikan pada 1980. Juga Kampanye AS untuk Hak Palestina, sebuah jaringan aktivis yang didirikan pada 2001.

Masalahnya, kelompok pro-Palestina hampir tidak aktif dalam pengeluaran kampanye federal AS.

Namun, digambarkan faksi progresif yang mendukung Palestina mulai semakin menonjol di panggung nasional belakangan ini.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste Menuju kemerdekaan, PBB Bentuk Militer dari 17 Negara guna Stabilisasi

(*)