Find Us On Social Media :

Inilah Bahasa Tetun, Bahasa Asli Timor Leste yang Bermanfaat Bagi TNI untuk Ringkus Penyelundup Senjata Saat Terjadi Gelombang Pengungsi Timor Leste ke Indonesia Menjelang Tahun 1975

By Maymunah Nasution, Senin, 3 Mei 2021 | 17:02 WIB

Penduduk Timor Leste yang kebanyakan masih terlalu muda jadi kutukan negara itu. Inilah bahasa asli Timor Leste yang dulunya membantu TNI menangkap penyelundup senjata yang mengungsi ke Indonesia

Intisari-online.com - Meskipun merupakan pecahan dari Indonesia, Timor Leste justru memiliki bahasa yang berbeda dengan Indonesia.

Bahasa asli mereka adalah bahasa Tetun yang merupakan bahasa bicara Austronesian.

Bahasa ini juga dipakai di Kabupaten Belu, provinsi Nusa Tenggara Timur.

Ada dua bentuk Tetun sebagai bahasa: Tetum Terik yang lebih asli dan tidak terpengaruh oleh asing serta karakteristik lain seperti konjugasi kata kerja, dan Tetun Prasa atau pasar Tetun.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste Pernah Dijajah Portugis Ratusan Tahun, Pengalaman Kocak Orang Timor Leste Ini Bukti Kentalnya Pengaruh Bangsa Portugis di Bumi Lorosae

Tetun Prasa dikenal juga sebagai Tetun Dili yang mendapat julukan ini karena dipakai luas di ibukota Dili.

Tetun Prasa berarti pasar Tetun, karena Prasa atau praҫa di Portugis berarti alun-alun.

Bahasa inilah bahasa Tetun yang dipengaruhi oleh Portugis berkembang di Dili selama masa penjajahan.

Saat itu pemakai bahasa Tetun lokal berbicara dengan misionaris, pedagang, dan penguasa kolonial Portugis.

Baca Juga: Padahal Sejarah Timor Leste Dijajah Portugis Ratusan Tahun, Tapi Dibanding Bahasa Indonesia Justru Bahasa Portugis Hampir Tidak Terdengar di Bumi Lorosae

Di Timor Leste Tetun Dili dipakai secara luas sebagai bahasa kedua.

Sementara itu bahasa nasional mereka adalah Portugis.

Bahasa Tetun untuk pasukan TNI

Di penghujung tahun 1974, pemerintah Indonesia telah memperkirakan jika konflik di Timor Leste (saat itu bernama Timor Portugis) makin buruk, ABRI akan masuk ke wilayah itu bersama Amerika Serikat (AS) dengan alasan kemanusiaan.

Baca Juga: Padahal Jauh Lebih Kaya Raya dan Lebih Maju, Tetapi Taiwan Justru Disarankan Untuk Meniru Timor Leste, Rupanya Hal Inilah yang Harus Ditiru

Hal itu disampaikan oleh Pensiunan TNI Letjen Kiki Syahnakri lewat bukunya "Timor Timur The Untold Story" bab 1: Awal Persentuhan dengan Masalah Timor Timur.

TNI kemudian memerintahkan Komando Daerah Militer (Kodam) Udayana untuk membuat analisis daerah operasi (ADO).

Kiki menyebutkan ADO secara umum adalah gambaran daerah operasi apabila dilakukan operasi militer.

"Tim kami bertugas antara lain mendata kondisi-kondisi di lapangan, misalnya pelabuhan. Jika perlu pendaratan dari laut, bagaimana kondisi pelabuhan, fasilitas bongkar muat, jenis dan ukuran kapal apa saja yang bisa merapat.

Baca Juga: Punya Sepak Terjang Mentereng Pantas Saja Pasukan Setan Ditugaskan Tumpas KKB Papua, Ternyata Sebelumnya Pernah Tumpas G30S PKI, ke Timor Timur, Hingga DOM Aceh

"Selain itu, dasilitas pergudangan pun harus didata, misalnya gudang beras, gudang bahan bakar, dan fasilitas logistik lainnya, termasuk amunisi. Selanjutnya, pendataan tempat-tempat yang layak untuk dibangun tenda-tenda darurat bagi penampungan sementara pasukan setelah debarkasi dari kapal," tulis Kiki pada bukunya di halaman 11.

Kiki memerlukan bantuan bertanya kepada warga lokal saat itu mengenai nama tempat-tempat dan wilayah dan pos secundalinha (pos-pos terdepan di perbatasan).

Saat itulah Kiki memutuskan untuk belajar bahasa Tetun, karena sebagai Perwira muda, ia tidak ingin melakukan kesalahan dalam tugas pertamanya yang juga merupakan tugas rahasia itu.

"Sebelumnya saya memang telah berpikir, jika pertempuran atau operasi militer kelah benar-benar pecah, maka bahasa Tetun, bahasa masyarakat di daerah operasi, tentu sangat perlu dikuasai untuk berkomunikasi," tulis Kiki di halaman 22.

Baca Juga: Sempat Bergelimang Harta Waktu Diberi Kemerdekaan Indonesia, Bukannya Makin Kaya Ternyata Ini Penyebab Timor Leste Justru Jatuh Makin Sengsara, Kelakuan Pejabatnya Ini Jadi Alasannya

Kiki belajar secara otodidak dengan berbincang dengan masyarakat ketika mengunjungi pos-pos secundalinha.

Tidak disangka, inisiatif Kiki membuahkan hasil.

Saat itu konflik antara UDT (Uniao Democratica de Timorense) dan Fretilin memuncak di Timor Portugis.

Akibatnya, arus pengungsi menyeruak dari berbagai arah Timor Portugis, mencapai puluhan ribu orang melintasi perbatasan setiap harinya, terutama di Motaain.

Baca Juga: Invasi Indonesia di Timor Leste Tahun 1975, Pasukan Diam-diam Menyerang di Seberang Perbatasan dari Timor Barat hingga 5 Jurnalis Australis Tewas

Kiki yang sudah ditugaskan sebagai komandan koramil saat itu bertanggung jawab aktif mengatur dan mengawasi para pengungsi yang melintasi perbatasan.

"Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan adalah pemeriksaan para pengungsi, apakah mereka membawa senjata tajam atau senjata api.

"Karena para pengungsi dari Timor Portugis ini tidak bisa berbahasa Indonesia, komunikasi dengan mereka hanya bisa dilakukan dalam bahasa Tetun.

"Memang ada anak buah saya yang berasal dari Atambua dan bisa berbicara langsung dengan para pengungsi dalam bahasa Tetun.

Baca Juga: Kini Dicengkeram Kemiskinan, Ternyata di Masa Lalu Timor Leste Sokong Australia hingga Diperas Jepang dalam Pertempuran Timor Masa Perang Dunia II

"Namun tentu jauh lebih baik jika saya mengerti apa yang mereka percakapkan sehingga tidak kecolongan.

"Dalam situasi seperti inilah saya sungguh-sungguh merasakan manfaat bahasa Tetun," kenang Kiki di halaman 23.

Rupanya memang dalam pemeriksaan itu banyak pengungsi tertangkap membawa senjata api pistol atau revolver dari berbagai jenis dan merek.

Kebebasan memiliki senjata api memang ada di Timor Portugis saat itu.

Baca Juga: Geram Dengan Polah Indonesia Ini di Timor Leste, Ternyata Australia Pernah Nyaris Kerahkan Pesawat Pembom Untuk Jatuhkan Bom di Jakarta Begini Kisahnya

Pernah ada seorang pengungsi datang kepada Kiki dari Bobonaro, ia adalah seorang wanita paruh baya yang datang sambil menangis dan menjerit histeris dalam bahasa Tetun.

"Bapa Commandante, Fretilin animal…! Fretilin animal..! Sira oho hau nia laeng, hau nia oan manek lakon (Bapak Komandan, Fretilin binatang. Mereka bunuh suami saya! Anak saya hilang!)"

Fretilin dan UDT sendiri adalah dua dari tiga partai politik utama di Timor Portugis saat itu yang lahir dari kebijakan dekolonisasi Pemerintah Portugal.

UDT berhaluan politik merdeka tapi menginduk kepada Portugal.

Baca Juga: Hembuskan Isu Hantu Komunisme, Peran Kepala Intelijen Jenderal Ali Murtopo dalam Pencaplokan Timor Leste pada 1975 oleh Indonesia, Yakni 'Mempengaruhi' Soeharto Terkait Partai Fretilin

Sementara Fretilin atau Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente berhaluan politik merdeka penuh.

Ada satu lagi yaitu ASDT (Associacao Social Democratico de Timor) yang berubah menjadi Associacao Popular Democration de Timor (Apodeti) berhaluan politik integrasi dengan Indonesia.

Dalam kiprahnya, Apodeti kian kalah dengan UDT maupun Fretilin.

Baca Juga: Pasukan Khusus Indonesia Memburunya Mati-matian, Ini Cerita Penangkapan Xanana Gusmao yang Hampir Gagal

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini