Penulis
Intisari-online.com -Bisnis aviasi Indonesia memang masih jauh dari kata sempurna.
Ketidaksempurnaan ini rasanya semakin diperjelas dengan kecelakaan pesawat terbang Sriwijaya Air SJ182 kemarin Sabtu, 9/1/2021.
Kembali, dunia penerbangan Indonesia mendapat kekhawatiran dunia setelah kecelakaan itu.
Total 62 orang meninggal setelah kecelakaan pesawat jatuh ke Laut Jawa beberapa menit setelah lepas landas dari Jakarta.
Totalnya saat ini adalah 700 orang meninggal karena kecelakaan pesawat di Indonesia selama 10 tahun terakhir.
Tantangan terbang dengan aman di Indonesia
Indonesia memang memiliki pasar perjalanan udara yang sibuk dan tumbuh dengan cepat.
Tidak dipungkiri, menjadi salah satu yang paling berbahaya juga.
Desember 2014 AirAsia Airbus A320-200 hancur setelah jatuh di Selat Karimata, membunuh 162 orang.
Kemudian 9 bulan kemudian, Agustus 2015, Trigana Air ATR 42-300 jatuh di Provinsi Papua, membunuh 54 orang.
Selanjutnya pada Oktober 2018 Lion Air Boeing 737 Max jatuh membunuh 189 orang.
Angka itu genap menjadi 700 korban dengan kecelakaan Sriwijaya Air kemarin.
Ahli penerbangan Australia, Geoffrey Thomas, mengatakan kepada wartawan BBC James Reynolds jika "perkembangannya tidak membaik:.
Ia menekankan mengapa Indonesia memiliki catatan aviasi yang bermasalah.
"Banyak landasan pacu tidak sesuai dengan standar internasional, tidak ada kelebhan, lebih pendek dari seharusnya dan tidak beralur, padahal itu penting karena di sana sering terjadi badai petir, dan alat bantu navigasi tidak sebaik saat Anda masuk misalnya Eropa. Namun ada masalah lain yang sebabkan Indonesia tidak memiliki catatan yang baik.
"Telah banyak terjadi kecelakaan karena adanya sejumlah maskapai biaya rendah di Indonesia, dan tentunya, batasnya sudah dipotong di masa lalu."
Catatan keamanan Sriwijaya Air yang bagus
Dikutip dari Simple Flying, kecelakaan Sabtu lalu menjadi kecelakaan paling signifikan melibatkan maskapai Sriwijaya Air.
Maskapai itu sudah beropeasi di Indonesia sejak 2003.
Ada beberapa insiden landasan pacu selama bertahun-tahun seperti pada 2008 pesawat Sriwijaya Air Boeing 737-200 melewati landasan pacu, menabrak sebuah gedung dan menewaskan seorang pengamat.
Thomas berpendapat maskapai ini memiliki catatan keselamatan yang wajar dan mencerminkan peningkatan standar keselamatan secara bertahap di Indonesia.
"Pengawasan Indonesia atas maskapai mereka telah mendapat kritik selama 10 atau 15 tahun terakhir, sampai tahap di mana Uni Eropa melarang sebagian besar maskapai Indonesia untuk terbang ke Eropa," ujarnya.
Namun Thomas mencatat larangan itu diangkat di tahun 2018 saat pihak berwenang meningkatkan pengawasan mereka atas maskapai penerbangan Indonesia.
Dalam artikel terbaru yang dipublikasikan di The Journal of Advanced Transportation, peneliti Jason Middleton dan Carlo Caponecchia temukan beberapa faktor yang berkontribusi pada catatan keamanan Indonesia yang buruk.
Selain pengawasan dan penegakan aturan, tidak adanya prosedur operasi standar dan manajemen sumber daya kru yang jelek sudah umum.
Ada juga isu signifikan mengenai komunikasi buruk, infrastruktur dan cuaca.
Ketika dikombinasikan, dua peneliti itu menemukan Indonesia memiliki "kondisi unik yang sulit dalam hal keamanan penerbangan sipil."
Upaya Indonesia
Indonesia sendiri tidak serta merta diam saja, banyak yang dilakukan tanah air untuk meningkatkan kapasitas agar penerbangan Indonesia selalu aman.
Satu hal yang pasti di Indonesia adalah banyak masalah itu berasal dari kurangnya dana dan masalah budaya.
Otoritas lokal mengambil beberapa langkah sederhana untuk mengangkat standar keselamatan.
Harga tiket naik setelah pihak berwenang memberlakukan kembali aturan harga dasar.
Pendapatan ekstra memberi maskapai penerbangan Indonesia lebih banyak dana untuk memelihara pesawat dan kru kereta yang lebih baik.
Awak yang melanggar batas jam terbang dan aturan lainnya akan dihukum.
“Kami ingin sektor penerbangan sehat, tidak murah.
"Kalau murah, banyak hal yang mungkin tidak bisa dilakukan, ” kata Menteri Perhubungan Ignasius Jonan pada tahun 2015 lalu.
Meskipun ada beberapa bukti bahwa maskapai penerbangan Indonesia sendiri mengangkat permainan mereka dalam hal keselamatan, otoritas regulasi Indonesia terus dikritik karena kurangnya pengawasan.
Para ahli percaya masih ada kebutuhan untuk memantau kelaikan udara, kualitas awak, dan kontrol lalu lintas udara maskapai penerbangan dengan lebih baik.
Masih ada kebutuhan untuk meningkatkan infrastruktur landasan pacu dan navigasi.
Meski terjadi kecelakaan hari Sabtu, perjalanan maskapai di Indonesia semakin aman.
Tapi kecepatan perbaikan itulah yang terus menimbulkan kekhawatiran. Bahwa perbaikan sering kali didorong dan dipantau di tingkat maskapai daripada di tingkat negara bagian dengan standardisamaratakan juga tetap menjadi masalah.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini