Jadi Tahanan Politik di Ujung Kekuasaannya, Begini Nasib Bung Karno yang Jarang Diketahui: 'Makanannya Diudek-udek Pakai Bayonet'

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Soekarno dikenal sebagai singa mimbar.

Intisari-Online.com - Siapa yang tak kenal Soekarno, beliau merupakan presiden pertama Indonesia.

Sebagai presiden, Soekarno tentunya melalui lika-liku jalan hidup dan selama karir politiknya.

Bahkan, masa penahanan rupanya pernah dialami oleh Presiden Soekarno menjelang akhir hayatnya.

Saat itu, Soekarno ditahan di Wisma Yaso.

Baca Juga: Militer Paling Kuat di Dunia Nomer 1, Seperti Ini Kekuatan Militer AS, Satu-satunya yang Pernah Gunakan Senjata Berkekuatan Dahsyat Ini

Hal itu terjadi saat kekuasaan Soekarno mulai mengalami senjakala, atau pasca pecahnya Peristiwa G30S/PKI.

Kondisi Soekarno saat berada di Wisma Yaso pun pernah diungkapkan oleh Guntur Soekarnoputra, yang merupakan putra sulung Bung Karno.

Guntur Soekarnoputra sebenarnya menyampaikan pengakuan dari ajudan Soekarno, Sidarto Danusubroto.

Pengakuan Guntur Soekarnoputra itu ditulisnya dalam buku "80 Tahun Sidarto Danusubroto Jalan Terjal Perubahan Dari Ajudan Soekarno Sampai Wantimpres Joko Widodo," terbitan Kompas, tahun 2016 lalu.

Baca Juga: Tak Ada Rasa Sakit, Begini Cara Mengeluarkan Duri dari Kulit

Menurut Guntur Soekarnoputra, saat itu Sidarto datang ke rumahnya yang ada di Jalan Sriwijaya Raya nomor 7, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Sidarto datang menemui Guntur saat sudah malam hari.

Alasannya, kondisi saat itu sangat memungkinkan karena hari sudah gelap.

Begitu bertemu Guntur, Sidarto menceritakan Soekarno sudah berada di Wisma Yaso.

Baca Juga: China Modifikasi Jet Tempur J-20, Rupanya 'Si Naga Perkasa' J-20 Ini Penantang F-22 Milik Amerika, Punya Kecepatan Jelajah Supersonik dan Manuver Super

Mendengar penuturan Sidarto itu, Guntur Soekarnoputra mengaku dirinya sebenarnya sudah mengetahui hal itu.

Selanjutnya, Guntur pun menanyakan mengenai kesehatan Soekarno.

Sidarto pun menjelaskan secara gamblang mengenai kondisi Soekarno saat itu.

Menurut Sidarto, saat itu dia sudah menanyakan perihal itu kepada dokter yang memeriksa kesehatan Soekarno.

Baca Juga: Kim Jong-Un Dapat Promosi Jabatan di Partai Buruh, Nama Adik Perempuannya Malah Dicoret dari Daftar Politbiro Partai Buruh, Mencurigakan!

Sayang, jawaban yang didapatkan Sidarto tak memuaskan.

Bahkan, Sidarto menyebut jawaban dokter tersebut 'ngalor-ngidul'.

"Sekarang di situ ada juga suster-suster dari RSPAD yang 24 jam giliran nongkrong di situ."

"Saya enggak tahu mereka itu suster beneran atau intel," ungkap Guntur menirukan pengakuan Sidarto.

Baca Juga: Tekankan Pentingnya Perawatan Mesin, Pengamat Menduga Elevator Sriwijaya Air Copot, Hanya Ada Waktu 2 Menit dan Pilot Pun Tak Bisa Berbuat Banyak

Selain itu, penjagaan terhadap Soekarno juga sangat ketat.

"Di samping itu, penjagaan ketat sekali, jumlahnya lebih kurang satu peleton."

"Kalau tidak salah dari kesatuan POMAD," lanjut Guntur.

Soekarno juga tidak dapat ditemui oleh setiap orang, kecuali anak istrinya sendiri.

Baca Juga: Hampir Lakukan Misi Ala 'Kamikaze', Bunuh Diri Demi Tenggelamkan Kapal Induk Belanda Jika Hal Ini Tidak Terjadi, Begini Cerita Pasukan Khusus TNI AL dalam Operasi Pembebasan Irian Barat

Makanan yang dikirimkan kepada Soekarno juga mengalami pemeriksaan sangat ketat.

"Makanan dikirim rantangan dari sini setiap hari."

"Sebelumnya dibawa ke dalam diperiksa oleh komandan jaga."

"Makanannya diudek-udek pakai bayonet. Kalau komandannya kebetulan baik, makanan boleh langsung dibawa ke dalam rumah tanpa diperiksa," jelas Guntur.

Baca Juga: Jadi Komponen Penting yang Harus Ketemu di Tiap Kecelakaan Pesawat, Ini Sederet Fakta Mengenai Black Box, Termasuk Warnanya yang Sama Sekali Tidak Hitam

Terkait hal itu, Guntur pun sampai mengaku bingung.

"Sampai sekarang saya masih bingung, Bapak itu ditahan atau jadi tahanan Orde Baru, kok tidak ada sehelai pun surat pemberitahuan ke keluarga?"

"Tapi kalau bukan tahanan kok diperlakukan seperti orang di penjara. Aneh kan?!" tandas Guntur.

Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965.

Baca Juga: Sebelum Pandemi Dipaksa Terbangkan Pesawat Tak Aman, Saat Pandemi Terpaksa 'Berkarat', Inilah Nasib Para Pilot Indonesia Menurut Laporan Media Asing

Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.[30] Prof. Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno diangkat, tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional.

Ia bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.

Baca Juga: Hampir Dipastikan Menjadi Penyebab Umum Semua Kecelakaan Pesawat Di Dunia, Inilah 5 Hal yang Bisa Membuat Pesawat Alami Kecelakaan

(*)

Artikel Terkait