Penulis
Intisari-online.com -Demonstrasi baru-baru ini rupanya tidak hanya terjadi di Indonesia.
Mengutip Reuters, Pakistan diramaikan oleh sepuluh ribu pendemo yang berdemo sejak Minggu.
Demo tersebut dilaksanakan di kota Karachi, sebagai bagian dari kampanye menggulingkan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.
Demo ini rupanya merupakan hasil akumulasi semenjak hasil Pemliu 2018 lalu.
Bulan lalu, 9 partai oposisi besar membentuk pasukan gabungan bernama Pakistan Democratic Movement (PDM) untuk memulai demo melawan pemerintah.
Pemimpin oposisi Maryam Nawaz menyebutkan kesalahan Imran Khan dalam demo tersebut.
"Anda mencabut pekerjaan dari orang-orang, Anda membuat orang tidak bisa makan dan kelaparan," ujarnya.
Demo tersebut dengan cepat menarik massa lebih banyak hanya dalam tiga hari.
Maryam Nawaz rupanya bukan sosok sembarangan di Pakistan.
Ia adalah anak dan penerus politik dari mantan perdana menteri Nawaz Sharif.
Nawaz Sharif disebutkan sudah menjabat tiga kali sebagai perdana menteri.
"Petani kami kelaparan…anak-anak muda pupus harapan," ujar pemimpin oposisi lainnya, Bilawal Bhutto Zardari.
Bilawal Bhutto Zardari sendiri adalah ketua Partai Rakyat Pakistan dan anak dari mantan perdana menteri Benazir Bhutto.
Protes datang saat ekonomi negara itu alami resesi.
Sebelum pandemi, ekonomi Pakistan sebenarnya sudah alami kerusakan.
Pandemi memperparah kondisi mereka dengan meningkatkan tingkat inflasi menjadi dua digit dan pertumbuhan ekonomi negatif.
Oposisi menyalahkan pemerintahan Imran Khan atas ini semua.
Masa tenur dua tahun Imran Khan juga penuh dengan sensor pihak-pihak yang merugikannya, mulai dari kritik dan para pemimpin oposisi.
"Inflasi telah hancurkan warga miskin, membuat mereka terpaksa mengemis untuk mendapatkan makan bagi anak mereka," ujar Faqeer Baloch (63).
"Ini adalah saatnya pemerintah pergi sekarang," ujarnya, yang kemudian disusul dengan sorakan para demonstran, "Pergi Imran pergi!"
Sementara itu pemilihan umum selanjutnya dijadwalkan pada 2023 mendatang.
Demo di Karachi mengikuti demo sebelumnya di sebelah timur kota Gujranwala Jumat sebelumnya.
Demo di Gujranwala merupakan demonstrasi terbesar terhadap Khan sejak ia menjabat.
Tuduhan 'dilantik politik'
Berbicara lewat tautan video dari London kepada demonstan Gujranwala, Sharif menuduh Jenderal Qamar Javed Bajwa menjegalnya di tahun 2017 kemudian melantik Imran Khan dalam pemilu 2018.
Jenderal Qamar adalah kepala militer Pakistan, dan Sharif menuduhnya mencurangi pemilu 2018.
Tuduhan yang digunakan untuk menggulingkannya pada 2017 disebut sebagai tuduhan palsu yang dibantu oleh pengadilan.
Maryam sendiri mengatakan partainya bukan anti-militer, tetapi, "jika Anda mengatakan bahwa kami akan menghormati mereka yang akan menghancurkan surat suara di bawah sepatu bot mereka, itu tidak akan terjadi."
Militer Pakistan menampik tuduhan tindakan tersebut, tapi sampai saat ini belum merespon secara spesifik terhadap tuduhan Sharif.
Imran Khan sendiri menampik juga ada bantuan militer dalam kemenangannya.
Sharif harus berbicara dari London karena ia sedang menjalani hukuman 7 tahun atas korupsi di Pakistan.
Analis Pakistan mengatakan Sharif telah melanggar hukum tak tertulis bahwa pengaruh militer di Islamabad tidak boleh dikritik secara publik.
Militer Pakistan yang kuat dikritik pertama kalinya dalam periode administrasi Imran Khan.
Termasuk salah satu yang dikritik adalah strategi Belt and Road Initiative (BRI) senilai 62 miliar Dolar AS dengan China.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini