Penulis
Intisari-online.com -Tahun ini selain ketegangan Laut China Selatan, ada juga ketegangan antara China dan India.
Namun, India tidak hanya hadapi urusan perbatasan di Ladakh dengan China saja.
Perbatasan tersebut juga menyangkut hidup warga Kashmir, dan hal itu merupakan konflik lain lagi dengan Pakistan, negara tetangga India.
Dilansir dari Al Jazeera, Pakistan bersiap untuk duduk dan bernegosiasi dengan India.
Namun, Pakistan bersedia hanya jika syarat ini dipenuhi oleh India.
Penasihat keamanan nasional untuk Perdana Menteri Imran Khan, Moeed Yusuf, mengatakan kepada jurnalis India Karan Thapar: "aku akan jujur, tahun lalu, kami mendapat pesan keinginan diskusi (dari India)."
"Menanggapi itu, kami harus berpikir secara strategis. Ada dua negara, memiliki hubungan buruk, dan kami harus duduk seperti orang dewasa," ujarnya kepada Thapar.
"Ada dua isu dasar: Kashmir dan terorisme. Aku ingin membicarakan keduanya."
Baca Juga: India Dilanda Perang Antar Geng Monyet, Renggut Nyawa 7 Manusia Dalam Tiga Bulan, Ini Kronologisnya!
Yusuf sendiri menuduh India mensponsori kelompok bersenjata yang lakukan serangan di Pakistan.
Tuduhan didasarkan dari bukti spesifik terkait jasa intelijen India pada pembantaian massal 2014.
Pembantaian tersebut membunuh lebih dari 130 siswa di Peshawar.
Kemudian ada serangan tahun 2019 yang menyerang hotel mewah di Pakistan selatan.
Tidak lupa, ada serangan di kantor konsulat China tahun 2018 di Karachi, serta penggabungan beberapa faksi Taliban Pakistan menjadi satu grup besar.
Wawancara tersebut juga tergolong kontroversial, karena itu adalah pertama kalinya pejabat senior Pakistan berbicara kepada media India sejak Agustus 2019.
Agustus 2019 tersebut adalah saat India mencabut status spesial di Kashmir.
Pakistan merasa perlu adanya pembicaraan mengenai ketegangan Kashmir dan isu terkait 'terorisme' yang menjadi agenda pembicaraan di masa mendatang.
Tiga pihak penentu masa depan Kashmir
Yusuf menyebut, ada tiga pihak yang terlibat dalam ketegangan Kashmir.
Pihak pertama adalah Pakistan, pihak kedua India dan pihak terakhir adalah warga Kashmir sendiri.
"Jika warga Kashmir tidak tahan melihat India, tidak ingin berada di satu ruangan dengan India, bagaimana kita akan berdialog?"
Namun Yusuf tidak menyebutkan secara spesifik grup atau individu mana yang ia maksud sebagai warga Kashmir yang akan diajak dalam perundingan.
Sepanjang sejarah, Pakistan dan India telah bertarung tiga kali, dua di antaranya pertarungan mengenai wilayah Kashmir.
Kedua negara mengklaim seluruh wilayah Kashmir menjadi milik mereka, tapi Kashmir dulunya dibagi 2 oleh Line of Control.
Tahun lalu, dua negara hampir perang lagi, setelah angkatan udara India melancarkan serangan ke tanah Pakistan.
Pakistan mencegahnya dan segera menembak jet tempur India tersebut.
Rupanya, aksi India diilhami oleh pembunuhan lebih dari 40 anggota keamanan di serangan bunuh diri di kota Pulwama.
Kota Pulwama adalah kota di Kashmir yang mayoritas penduduknya adalah warga India.
Serangan tersebut disebut India sebagai tindakan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Pakistan.
Pakistan menyangkal memperbolehkan kelompok bersenjata menggunakan teritori mereka untuk menyerang negara lain, lebih-lebih India.
Namun, dari laporan surat kabar India Hindustan Times, ada pejabat top India yang mengatakan klaim Yusuf dibuat-buat dan tidak hanya "main-main tapi juga angan-angan".
"Pemerintah tambahkan posisi New Delhi dalam mengadakan pembicaraan dengan Pakistan selalu konsisten dan dikondisikan dengan Islamabad mengambil langkah kongkrit untuk membngun atmosfer bebas dari bayangan teror dan kekerasan," ujar laporan tersebut.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini