Penulis
Intisari-Online.com - Setelah berkonflik dengan China di perbatasan, India dilaporkan kembali bersitegang dengan Pakistan.
Padahal sama seperti China, India dan Pakistan juga bertetangga.
Dan kedua negara sama-sama memiliki kekuatan militer yang kuat.
Jangan lupa baik India dan Pakistan juga memiliki senjata nuklir yang mematikan.
Lalu, apa yang menyebabkan India dan Pakistan bersitegang?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Kamis (17/9/2020), pada Minggu lalu, keduanegara saling menuduh satu sama lain.
Hal ini terkait tembakan langsung dan melanggar gencatan senjata di sepanjang perbatasan TheLine of Control(LoC) di wilayah tersebut.
Isu tersebut mengemuka dalam sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB ke-45.
Dalam sidang tersebut,Pawan Badhe, sekretaris pertama India untuk misi permanen India di Jenewa, menyebut Pakistan sebagai "pusat terorisme".
Selain itu, baru-baru ini India dan Pakistan bersitegang diJammu dan Kashmir.
Padahal sebagian wilayah itu merupakan Wilayah Persatuan India.
"Pakistan melakukannya dengan baik dalam hal intimidasi dan serangan terhadap jurnalis, pembela hak asasi manusia, dan pembangkang politik khususnya oleh mesin negara," ucapPawan Badhe.
Tak hanya soal Pakistan,Pawan Badhe jugamengecam Turki dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Di mana keduanya diduga memberikan komentar tentang urusan dalam negeri India.
"Kami menolak rujukan yang dibuat oleh OKI ke Wilayah Persatuan Jammu dan Kashmir yang merupakan bagian integral dari India."
Tidak jelas apa yang dikatakan Turki atau OKI yangmembuatPawan Badhe membuattanggapan ini, tapi itu membuat hubungan kedua negara bermasalah.
Jika terus seperti ini, maka India semakin 'terisolasi'.
Sebab, beberapa bulan terakhir, India juga berkonflik dengan China.
Hal inimenyusul bentrokan mematikan antara pasukan di kedua sisi di Line of Actual Control (LAC) yang berfungsi sebagai batas antara mereka.
Ada20 tentara India tewas dalam bentrokantersebut dan sampai sekarang India masih belum menerimanya.
Bagaimana tanggapan Pakistan?
Menteri luar negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi sebelumnya telah memberikan komentar untuk mendukung Beijing terkait dengan ketegangan tersebut, lapor EurAsian Times.
“Perbatasan sepanjang 3.500 kilometer antara Ladakh dan Tibet adalah wilayah yang disengketakan."
"Jika India mengira dapat melahap daerah ini, maka mungkin, itu tidak akan diterima oleh China."
Sementara masalah terkait China akan dibahas olehDewan Hak Asasi Manusia PBB le-45 pada pertemuan berikutnya.
Dilaporkan ada321 organisasi non-pemerintah telah mendesak PBB untuk menindak pelanggaran hak asasi manusia di China.
Tapi Menteri Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa tuduhan itu tidak benar.
"Tuduhan dari organisasi-organisasi sangattidak berdasar dan tidak layak untuk disangkal," jelasnya.