Advertorial

Sangat Blak-blakan, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan Berkata Jujur: 'Masa Depan Pakistan Ada di China', Sekutu Baru Untuk Gempur India?

May N

Editor

Intisari-online.com -Imran Khan, perdana menteri Pakistan, disumpah pada Agustus 2018 lalu.

Ia adalah perdana menteri Pakistan ke-22.

Mantan atlet kriket yang kemudian menjadi politikus tersebut menjanjikan keadilan untuk semua rakyatnya dan negara bebas korupsi.

Mengutip wawancaranya dengan Al Jazeera, kini ia sebutkan sejauh mana pemerintahannya berjalan.

Baca Juga: Sungguh Tragis Kisah Elisabeth Fritzl, Gadis Cantik Ini Dikurung 24 Tahun dalam Penjara Ayahnya Sendiri hingga Miliki 7 Anak

Beberapa hal yang ia sebutkan mungkin membuat Anda terkejut.

Saat ditanya mengapa ia belum berhasil memerangi korupsi, ia menjawab Pakistan sama halnya dengan negara lain yang alami defisit yang besar eksternal dan internal.

Baginya, membentuk kembali ekonomi diperlukan waktu dan tidak bisa dilakukan secara instan.

Ia justru mengatakan Pakistan telah terarah ke arah yang benar.

Baca Juga: Ketika Rakyatnya Kekurangan Makanan hingga Diimbau Makan Kura-kura, Rumah Mewah Kim Jong Un Ini Jadi Simbol Kediktatorannya

Namun kondisi Pakistan sejujurnya belum menguntungkan bagi para masyarakatnya.

Harga kebutuhan pangan pokok seperti gula meroket pesat, tunjukkan bahwa inflasi Pakistan meningkat tajam.

Hal tersebut sangat meresahkan warga kelas menengah ke bawah yang kesulitan bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok semata.

Beliau kemudian membela diri dengan sebutkan bahwa untuk membangun ekonomi yang lebih baik diperlukan waktu.

Baca Juga: Singkirkan Kopassus dari Daftar Pasukan Khusus Terbaik di Dunia, LRR Filipina Pernah Berdandan Bak Rombongan Pengantin Demi Ringkus 'Target Tingkat Tinggi', Satu Orang Pura-pura Hamil Demi Sembunyikan Senapan

Kemudian Imran Khan juga unggulkan bahwa saat ini tidak ada skandal mega korupsi di Pakistan sama sekali, yang mana menurutnya adalah hal bagus.

Baginya, korupsi adalah pembunuh semua masyarakat, dan jika memang tidak ada korupsi maka kondisi negaranya baik-baik saja.

Kemudian, mengenai Covid-19.

Pakistan tercatat bisa menangani kasus Covid-19 dengan baik, setelah melonjaknya jumlah pasien pada Juni lalu kemudian jumlah pasien cenderung menurun.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu; Kenali 9 Tanda Tubuh Tidak Cukup Asupan Karbohidrat

Imran Khan menjawab bahwa ia tidak terapkan lockdown total, ia terapkan lockdown sebagian tempat-tempat dengan kasus infeksi tinggi.

Baginya, para warga miskin dan kesulitan mencari makan akan lebih mudah meninggal karena kelaparan dibandingkan karena Covid-19.

Menginjak isu yang lebih mengerikan yaitu kebebasan jurnalisme di Pakistan, karena Imran Khan dahulu saat kampanyenya menjanjikan kebebasan berpendapat dan jurnalisme yang bebas mengkritik pemerintahan.

Namun catatan dalam negeri maupun internasional sebutkan bahwa banyak sekali jurnalis yang dibungkam, disekap, hilang, atau bahkan terbunuh karena mengkritik Pakistan terlalu pedas.

Baca Juga: Dokumen Rahasia Bocor, Amerika Sempat Berencana Jadikan Korea Utara Seperti Irak, Gulingkan Dinasti Kepemimpinan Kim Jong-Un Dengan Serangan Militer Penuh

Baginya, ada perbedaan antara kritik yang membangun dan kritik yang disetir, dan menuntun jurnalis ke pengadilan atas tuntutan pencemaran nama baik pemerintah bukanlah masalah.

Pernyataan lebih mengejutkan adalah tentang kesepakatan Afghanistan, saat ia ditanya apakah pembagian kekuasaan pemerintah Afghanistan dengan Taliban merupakan solusi terbaik, ia cukup menjawab 'apa yang terbaik bagi Afghanistan itu baik untuk kita semua'.

Saat ditanya apakah jawaban diplomatis tersebut untuk mengamankan posisinya dari India, ia menjawab India dan Pakistan tidak memiliki perbatasan yang jelas, sehingga ketegangan yang mungkin terjadi bisa jadi tidak mempengaruhi Pakistan.

Kemudian mengenai Kashmir yang mereka rebutkan dengan India, baginya ia tidak percaya dengan penyelesaian militer.

Baca Juga: Ketegangan China dan AS di Laut China Selatan Masih Meningkat, Diyakini Ini Dampak Buruk Bagi Indonesia Jika Perang Terbuka Terjadi

Namun sayangnya menurutnya India telah dipimpin oleh kelompok ekstrimis, yaitu Partai yang condong ke supremasi agama Hindu yang hampir mirip dengan tindakan Nazi di Jerman.

Yang ia maksudkan adalah Modi dan administrasinya bisa langsungkan genosida terhadap umat Muslim di Kashmir dan wilayah India yang lain.

Namun, ia jelaskan mengapa pendapatnya dalam membela Kashmir tidak didengar oleh PBB dan negara Barat, sederhananya karena menurutnya India dilihat negara Barat sebagai tempat perdagangan yang bagus dan potensial.

Terkait akan normalisasi hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab, yang ia pikirkan adalah kesepakatan satu pihak terkait Palestina dan Israel seperti apapun tidak akan mampu menyelesaikan perkara tersebut.

Baca Juga: Duh Romantisnya, Kisah Pelayan Restoran di Bali yang Rela Jalani Hubungan Jarak Jauh Hingga Sukses Persunting Turis Australia

Israel dalam posisi yang sangat kuat dengan hampir negara Barat berpihak kepada mereka, tapi Palestina tidak akan berhenti berusaha mempertahankan wilayah Gaza.

Pendapat pamungkasnya mengenai China cukup mengejutkan.

Saat kampanyenya dahulu, ia kontra dengan keputusan negaranya bekerja sama dengan China.

Kemudian saat ini meski Pakistan dan China memiliki kontrak perjanjian pembangunan infrastruktur yang ia sebutkan sedikit tidak menguntungkan, justru ia mengoreksi hal tersebut dan katakan ekonomi dunia akan berpusat di China tidak lama lagi.

Baca Juga: Buat Timor Leste Nyaris Kehilangan Satu-satunya Harapan Keluar dari Kemiskinan, Skandal Penyadapan Intelijen Australia Malah Diminta Dilupakan Begitu Saja oleh Penerus Xanana Gusmao Ini

Bahkan, kebangkitan China harus dipelajari oleh Pakistan dalam membangkitkan negara mereka.

Pandangannya tersebut cukup mengejutkan mengingat ia adalah sosok 'luar' dinasti Pakistan yang mendobrak kepemimpinan Pakistan dengan kampanye demokrasi dan perlawanan terhadap korupsi selama bertahun-tahun.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait