Advertorial
Intisari-online.com -China terbantu dengan menyediakan bantuan keuangan bagi program luar angkasa negara-negara Afrika.
Pasalnya, ahli melihat hal itu sebagai keuntungan memuluskan soft power China di negara tersebut.
Dikutip dari South China Morning Post, Temidayo Oniosun, ilmuwan luar angkasa Nigeria dan direktur pengelola industri situs berita Space di Afrika, mengatakan: "China sering datang membantu negara-negara di sini dan sediakan pinjaman bagi mereka untuk dapatkan satelit."
Model China jauh lebih baik dari Rusia, yang juga menjadi pengembang teknologi luar angkasa untuk Afrika.
Dengan Rusia, pemerintahan negara-negara Afrika membayari proyek Rusia dengan sumber lokal.
Sedangkan China bersedia membayar pembangunan tersebut.
Contohnya, saat Ethiopia meluncurkan satelit pertamanya dari stasiun luar angkasa China Desember tahun lalu, dilaporkan Beijing telah menutup 6 juta Dolar AS dari dana total 8 juta Dolar.
Satelit tersebut digunakan untuk perkiraan cuaca dan memonitor lingkungan dan tanaman pangan.
Dilaporkan China akan membantu Ethiopia luncurkan satelit kedua pada 20 Desember.
Institut Teknologi dan Sains Luar Angkasa Ethiopia mengatakan satelit tersebut akan diluncurkan dari sentral peluncuran Taiyuan China, di provinsi Shanxi, China tengah.
Satelit tersebut didesain oleh insinyur Ethiopia dan China di Smart Satellite Technology Corp di Beijing, dan didanai dua negara.
Proyek tersebut konsisten dengan ambisi Beijing untuk menjadi yang terdepan dalam teknologi luar angkasa dalam seperempat abad ke depan.
Beijing sejauh ini telah meluncurkan jumlah roket yang banyak dan kirimkan satelit, pesawat luar angkasa baik dengan awak maupun tanpa awak.
2019 kemarin Beijing sudah meluncurkan 32 roket ke luar angkasa, lebihi negara lain pada tahun tersebut.
Sementara itu, industri luar angkasa Afrika sudah senilai 7 miliar Dolar Amerika dan akan meningkat menjadi 10 miliar Dolar AS 5 tahun mendatang.
Uni Afrika sahkan undang-undang yang membentuk Agensi Luar Angkasa Afrika, berkantor di Mesir dan di berbagai negara lain termasuk Afrika Selatan, Sudan, Mesir, Nigeria, Ghana, Algeria, Moroko dan Kenya, ada programer luar angkasa.
"China membantu negara-negara Afrika mengembangkan program luar angkasa mereka dengan menyediakan bantuan finansial dan teknologi, ujar Oniosun.
Proyek itu mulus karena sudah banyak negara Afrika yang memiliki kaitan perdagangan yang baik dengan China.
China saat ini menjadi partner dagang terbesar Afrika, dengan perdagangan dua arah mencapai 208,7 miliar Dolar AS tahun lalu.
Selain Ethiopia, China telah bekerja dengan Sudan, Algeria, Nigeria dan Kongo. Rival utamanya adalah Rusia, Perancis dan Jepang.
China makin dipercaya oleh industri luar angkasa Afrika, sebagian besar karena model operasinya, dengan teknologi lebih baik dan lebih murah dan model keuangan lebih praktis.
Sudah banyak laporan juga yang tunjukkan bahwa China semakin memiliki banyak sekutu di Afrika.
Percobaan drone perang di Benua Eropa
Bukan China namanya jika hanya mengejar kekuasaan di satu negara saja.
Disebutkan bahwa Eropa sudah ditarget China untuk menjadi partner dagang mereka.
Hal tersebut berkaitan dengan pembangunan jalur sutra baru, yang akan lewati Afrika dan sampai ke Eropa.
Dan sepertinya pengaruh tersebut sudah sampai ke Eropa.
Serbia disebutkan sedang menguji drone perang China pada Sabtu kemarin di lahan latihan Pester, bagian barat Serbia.
Baca Juga: Bak Saingi AS dan NATO, Pasukan Rusia, Serbia dan Belarusia Gelar Latihan Militer Gabungan
Mereka tidak hanya menguji drone, tapi juga menguji jet tempur buatan Rusia, senjata helikopter dan tank.
Latihan militer tersebut dinamakan Cooperation 2020 dan dihadiri oleh Presiden Alekandar Vucic dan pejabat penting lainnya.
Satu hal yang jelas, Serbia sudah terang-terangan tunjukkan rekatnya ikatan militer mereka dengan Beijing dan Moskow.
Serbia memiliki agenda untuk mencari dominansi di Balkan Barat, sebuah agenda yang kemudian segera tercium oleh China.
Pertama kalinya, Serbia mendemonstrasikan penggunaan drone perang CH-92A.
Itu merupakan pengujian drone dari China pertama kali di Eropa.
Serbia dilaporkan menerima 6 drone serupa pada Juni.
Serbia, sama halnya dengan negara-negara Afrika, ditarget China sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI).
Tujuan China adalah membuka channel perdagangan baru untuk perusahaan-perusahaan China, dengan cara pinjaman untuk proyek energi dan infrastruktur.
Serbia sendiri walaupun merupakan kandidat anggota Uni Eropa, telah nyatakan netralitas militer pada tahun 2016.
Mereka bergabung dengan program Perdamaian Bersama NATO, tapi tidak mencari keanggotaan tetap di NATO.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini