Advertorial

Dimasukkan Dalam 'Daftar Hitam' Perusahaan China Oleh AS, Raksasa Perusahaan Konstruksi Tiongkok Ini Tetap Terabas Tantangan Untuk Buat Ekspansi China di Dunia Kian Nyata

May N

Editor

Intisari-online.com -Dua minggu yang lalu, AS sudah masukkan lima anak perusahaan China Communication Construction Company (CCCC) dalam daftar hitam perusahaan China.

CCCC adalah perusahaan raksasa berfokus pada pembangunan infrastruktur dan konstruksi.

Ini adalah satu perusahaan yang banyak berjasa bagi China mewujudkan program Belt and Road Initiative (BRI), program besar-besaran China untuk menguasai Indo-Pasifik dan berikutnya ekspansi dunia.

Dimasukkan ke dalam daftar hitam perusahaan China seharusnya mempengaruhi kepastian program BRI.

Baca Juga: Tak Perlu Buru-buru ke Optik Bila Ada Masalah dengan Kacamata Baret, Coba Saja Gunakan Bahan Rahasia yang Muda Didapat Ini, Coba Yuk!

Namun CCCC dilaporkan akan tetap menghadang ketidakpastian tersebut terutama dalam proyek-proyek di negara lain.

Mengutip South China Morning Post, CCCC kibarkan ancaman baru terkait kemampuannya meningkatkan proyek luar negeri, yang mempengaruhi penjualan saham mereka di pasar saham Shanghai dan Hong Kong minggu lalu.

Sementara perusahaan itu menghadapi risiko geopolitik dalam proyek utama mereka, inklusi CCCC dalam daftar hitam milik AS membuat banyak pihak bertanya-tanya.

Pasalnya, ini adalah pertama kalinya AS menargetkan perusahaan yang langsung terlibat dengan BRI.

Baca Juga: Beli Rumah Bobrok dengan Harga Murah Meriah, Harganya Mendadak Melejit 10 Kali Hanya Gara-gera Diguyur Hujan, Terungkap Ada Rahasia Besar Tersembunyi di Baliknya

Implikasi yang bisa diprediksi adalah hal tersebut memberi dampak dalam program lebih besar untuk tumbuhkan penjualan regional dan infrastruktur lokal.

Meski begitu, CCCC tetap akan lakukan dan wujudkan BRI sesuai kapasitas mereka, bahkan meski anak perusahaan mereka sudah masuk daftar hitam perusahaan China.

Salah satu anak perusahaan yang masuk ke dalam daftar hitam tersebut adalah CCCC Dredging Group, dan disebut-sebut bisnis itu tidak akan berdampak banyak karena kontribusi mereka yang terbilang kecil dalam pergerakan grup perusahaan.

"Hubungan China-AS adalah dalam titik terburuk sejak hubungan diplomatik makin tegang.

Baca Juga: Saking Senangnya dengan Makanan Ini, Pangeran Charles Sampai Harus Bikin Aturan Masak Khusus agar Hasilnya Sempurna

Karena konflik potensial yang makin meningkat, ketidakjelasan mengenai operasi perusahaan di luar negeri telah meningkat," ujar CCCC dalam pernyataan mereka.

"Namun, infrastruktur menghabiskan sumber stimulus ekonomi secara global, tentunya itu membantu perputaran ekonomi dunia.

"Inilah sebabnya China tetap lanjut mendukung proyek infrastruktur BRI.

"Fokus China dalam proyek ini telah menjadi strategi kunci dan ini adalah periode yang oportunis."

Baca Juga: Bantu Anak Sekolah Indonesia, Pelajar Yogyakarta Lakukan Konser Amal Virtual Bertajuk 'Suara Anak Indonesia'

Tepat 2 minggu yang lalu, Departemen Perdagangan AS menetapkan 24 perusahaan China dalam Daftar Hitam mereka.

24 perusahaan tersebut dianggap terlibat membantu Partai Komunis "memiliterisasi" kontes Laut China Selatan.

Daftar tersebut termasuk sekitar 300 perusahaan China lain salah satunya Huawei, melarang firma AS untuk bekerja sama dan berbisnis dengan perusahaan yang dimasukkan ke dalam daftar tersebut.

Selain dilarang berbisnis, mereka juga dilarang mengekspor produk kepada perusahaan tersebut kecuali mereka mendapatkan lisensi istimewa.

Baca Juga: Ogah Cuma Dikadali China, Rencana Besar China di Negara ASEAN Ini Gagal Total, Ditawari 33 Proyek Hanya Mau Laksanakan 4 Proyek, Diplomat Terbaik China Sampai Turun Tangan

Perusahaan-perusahaan tersebut masih memperingatkan apapun niat AS, beberapa proyek BRI masih bisa jatuh karena kesalahan dari pemerintah, dan aktivitas konstruksi yang terlalu tertunda atau perjanjian yang usang.

Hampir 140 negara dan lebih dari 30 organisasi ekonomi internasional telah menandatangani 200 perjanjian tentang BRI dengan China.

CCCC, sebuah perusahaan besar yang mengkhususkan diri dalam konstruksi dan desain infrastruktur serta pengerukan, juga mengatakan bahwa jumlah proyek luar negeri baru pada paruh pertama 2020 meningkat sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.

Sekarang memiliki 855 proyek asing yang sedang dibangun, dengan total nilai kontrak sekitar US $ 141,1 miliar.

Baca Juga: Digadang-gadang Ungguli Jet Tempur F-35, Tiongkok Bangun Jet Tempur Siluman FC-31 Tapi Pakar Meragukan Keunggulannya Disebabkan Hal Penting Ini

Ada kekhawatiran lain bahwa daftar hitam AS dapat meredam proyek-proyek anak perusahaan CCCC lainnya yang tidak ada dalam daftar, termasuk anak perusahaan asing di Australia seperti John Holland dan Friede & Goldman yang berbasis di Texas.

Namun meski khawatir akan hal tersebut, beberapa anak perusahaan CCCC telah lanjutkan pekerjaan mereka dalam proyek BRI meskipun ada gangguan karena virus COrona.

Tercatat bulan lalu, Perusahaan China China Harbour Engineering Company mengirim 168 pekerja untuk lanjutkan pekerjaan mereka di Sri Lanka, yaitu Proyek Kota Pelabuhan Colombo, Proyek Penanganan Sampah Padat Pemda Colombo dan Proyek Konstruksi Perumahan Colombo.

Pengiriman pekerja tersebut terjadi setelah Sri Lanka dan China sepakat lanjutkan pekerjaan untuk menghindari dampak pandemi yang terlalu berlarut-larut.

Baca Juga: Perhatikan Baik-baik! Seperti Ini Gejala Ringan, Sedang, dan Berat pada Pasien Covid-19 serta Penangannya Masing-masing

Anak perusahaan CCCC yang lain yaitu China Road and Bridge Corporation membuka tahap dua pembangunan Jalan Layang Karakoram, kunci transportasi di bawah Koridor Ekonomi China-Pakistan.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait