Advertorial
Intisari-online.com - Saat ini China mungkin adalah negara perkasa di Asia, bahkan sampai membuat Amerika ketar-ketir.
Namun, julukan sebagai negara terkuat di Asia tampaknya belum cukup untuk menggambarkan China.
Karena, China diketahui memiliki ambisis besar untuk menguasai dunia tahun 2049, melalui jalur perdagangan.
Untuk mewujudkannya China telah melakukan rencana besar seperti yang dikenal dengan Belt and Road Initiative (BRI).
Rencana pembangunan infrastruktur besar-besaran di lebih dari 70 negara ini, digadang akan memuluskan rencana besar China.
Secara umum proyek Belt And Road Initiative (BRI), adalah strategi China untuk menguasai jalur pedagangan dunia.
Namun, bukan tidak mungkin rencana itu bisa dimanfaatkan China untuk menguasai dunia.
Menurut Daily Express pada Sabtu (12/9/20), China mungkin akan mempersenjatai proyek infrastrukturnya tersebut.
Memindahkan militernya ke posisi strategis, menurut sebuah pendapat dari para pemikir AS.
The Asia Society Policy Institute merilis laporan yang mengklaim Beijing bisa menggunakan proyek infrastruktur lintas benua yang dibanguan dengan Belt and Road Initiative (BRI).
Untuk memindahkan pasukan militernya, ke situs-situs kuat dan strategis.
Hal itu terjadi setelah hubungan China dan Amerika memanas, dan kedua negara sama-sama melakukan latihan militer di dekat Taiwan dan Laut China Selatan.
Laporan yang dirilis pada Selasa (8/9), mengklaim China sedang membangun infrastruktur multiguna, selain jalur pedagangan diduga juga akan menjadi pangkalan militer.
Negara-negara kecil yang bakan menjadi suksesi China antara lain, Sri Lanka, Pakistan, Myanmar, Kamboja.
Chian juga diperkirakan akan menciptakan ekosistem perdagangan, teknologi, keuangan dan titik kuat China-sentris.
Dengan hal itu dimaksudkan untuk membuat Amerika tak berdaya, merusak pengaruh AS sebagai penjamin keamanan di kawasan indo-pasifik.
Laporan itu menunjuk ke pelabuhan komersial baru di negara-negara sekutu yang dapat memenuhi pesyaratan pertahanan nasional China.
Selain itu mengutip dari ekspor China dari jaringan satelit BeiDou, latihan militernya meningkat disertai kesepakatan dengan negara-negara di area Belt and Road Initiative (BRI).
Meskipun saat ini jaringan itu belum menghasilkan pangkalan militer, laporan itu telah meminta Amerika untuk mencegah ekspansi militer lebih lanjut.
Negara seperti India dan Taiwan mengusulkan kerja sama dengan AS, untuk menyediakan program infrastruktur alternatif.
Laporan itu menambahkan, "apakah China dapat secara aktif mempersenjatai BRI, sama dengan fungsi yang dibuat dan dilakukan oleh Washington."
"Amerika dikenal mampu melayani sebagai mitra aktif dan kredibel di berbagai sektor," imbuhnya.
AS telah memberi sanksi kepada eksekutif perusahaan China yang terlibat dalam BRI, dengan alasan "Aktivitas Jahat"
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengelurkan pernyataan menyusul langkah yang mengguncang Asia-Pasifik tersebut.
Termasuk meberikan sanksi pada perusahaan China Comunication Contruction Company (CCCC), yang dianggap menyebabkan kerusakan lingkungan sejak 2013.