Find Us On Social Media :

Pemakamannya Dihadiri Ribuan Orang, Kisah Kelam Gadis yang Gemparkan Bangladesh Ini Akhirnya Berbalas Setimpal untuk 16 Orang yang Bertanggung Jawab Atas Kematiannya

By Ade S, Sabtu, 26 Oktober 2019 | 16:03 WIB

Kasus pembunuhan Nusrat Jahan Rafi.

Intisari-Online.com - Kasus-kasus pelecehan seksual menjadi "momok" bagi para sebagian besar wanita di kawasan Asia Selatan.

Sebab, berbalik 180 derajat dengan para wanita khususnya para korban, masyarakat di kawasan ini justru cenderung menganggap pelecehan seksual sebagai hal yang biasa.

Ada beberapa korban yang justru dikucilkan karena melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya.

Bahkan yang tak sedikit justru harus meregang nyawa karena hendak melapor.

Baca Juga: Kasus Pelecehan Seksual di Bintaro: Tak Melulu Fisik, Siulan Juga Termasuk Jenis Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan

Masih ingat dengan kasus seorang gadis asal Bangladesh yang tewas setelah dibakar hidup-hidup gara-gara melaporkan pelecehan seksual?

Gadis bernama Nusrat Jahan Rafi yang sedang berjuang melawan pelecehan seksual yang dilakukan seorang kepala sekolah terhadap dirinya justru membuat dirinya dibakar hidup-hidup.

Namun, pada Kamis (24/10/2019), kisah kelam gadis yang pada pemakamannya dihadiri ribuan orang tersebut 'berbuah' balasan setimpal untuk 16 orang pelaku. 

Sebuah balasan yang dianggap sebagai tonggak sejarah Bangladesh dalam menghadapi kasus pelecehan seksual.

Baca Juga: Diberi Grasi oleh Jokowi, Terpidana Kasus Pelecehan Seksual di Jakarta International School Bebas, Kini Sudah Berada di Kanada

Disentuh dengan cara tak pantas

Pada 6 April 2019 lalu, seorang gadis SMA disiram bensin dan dibakar teman-temannya.

Gadis itu sempat dilarikan ke rumah sakit, namun karena luka bakar yang dialaminya sangat parah, nyawanya tak dapat diselamatkan.

Nusrat Jahan Rafi (19), gadis SMA yang tewas setelah dibakar teman-temannya itu ternyata merupakan korban pelecehan seksual oleh kepala sekolahnya.

Dilansir dari BBC pada Kamis (18/4/2019), Nusrat mengalami tindakan tak pantas yang dilakukan kepala sekolahnya.

Pada 27 Maret, kepala sekolah memanggilnya ke ruangannya, di sana ia berulang kali disentuh dengan cara tak pantas.

 

Banyak gadis di Bangladesh yang memilih tutup mulut untuk merahasiakan pelecehan seksual yang mereka alami, namun tidak dengan Nusrat.

Dengan bantuan keluarga, Nusrat pergi melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya ke polisi.

Di kantor polisi setempat Nusrat memberikan pernyataan.

Baca Juga: Kisah Pilu Baiq Nuril, Jadi Korban Pelecehan Seksual tapi Malah Dipenjara dan Didenda Rp500 Juta, Kini Berharap pada Jokowi

Dia seharusnya diberikan lingkungan yang aman untuk mengingat kembali pengalaman traumatisnya. 

Sebaliknya, dia justru direkam oleh petugas yang bertanggung jawab.

Dikutip dari BBC, dalam video itu, Nusrat tampak tertekan dan berusaha menyembunyikan wajahnya dengan tangannya.

Polisi terdengar mengatakan "bukan masalah besar" dan menyuruhnya untuk tidak menutupi wajahnya. Video itu kemudian bocor ke media lokal.

Setelah menerima laporan Nusrat, kepala sekolah itu ditangkap pada 27 Maret 2019. Namun justru itu menjadi awal yang buruk bagi Nusrat.

 

Sekelompok orang berkumpul di jalan menuntut pembebasan sang kepala sekolah.

Diduga aksi protes itu direncanakan oleh dua murid laki-laki dan politisi lokal.

Orang-orang mulai menyalahkan Nusrat dan itu membuat keluarga gadis malang itu khawatir tentang keselamatannya.

Pada 6 April 2019, 11 hari setelah dugaan kekerasan seksual, Nusrat pergi ke sekolahnya untuk mengikuti ujian akhirnya.

Baca Juga: 'Hanya' Demi Selembar Pembalut, Remaja Wanita di Kenya Jadi Korban Pelecehan Seksual, Bahkan Sampai Hamil

Pada saat itu, Nusrat ditemani saudara laki-lakinya.

"Saya mencoba membawa saudara saya ke sekolah dan saya mencoba memasuki tempat itu, tapi saya dihentikan dan tidak diizinkan masuk," kata Mahmudul Hasan Noman, sudara laki-laki Nusrat.

"Jika aku tidak dihentikan, hal seperti ini tidak akan terjadi pada saudara perempuanku," katanya. 

 

Dikutip dari BBC, menurut sebuah pernyataan yang diberikan oleh Nusrat, seorang murid perempuan membawanya ke atap sekolah dengan mengatakan bahwa salah satu teman Nusrat dipukuli.

Namun ketika Nusrat mencapai atap sekolah, ada empat atau lima orang mengenakan burqa yang langsung mengelilinginya.

Sekelompok orang itu meminta Nusrat untuk menarik kembali laporan yang ia buat terhadap kepala sekolah.

Ketika Nusrat menolak, mereka membakarnya.

Kepala Biro Investigasi Polisi Banaj Kumar Majumder mengatakan para pembunuh itu ingin "membuatnya terlihat seperti bunuh diri". 

Baca Juga: Jessica Iskandar Pernah Alami Pelecehan Seksual: Ingat, Pelecehan Seksual Tak Melulu Soal Fisik, Ini Jenisnya yang Perlu Anda Tahu

Rencana mereka gagal ketika Nusrat diselamatkan setelah mereka melarikan diri dari tempat kejadian.

Dia bisa memberikan pernyataan sebelum dia meninggal.

"Salah satu pembunuh itu memegangi kepalanya dengan tangan, jadi minyak tanah tidak dituangkan di sana dan itu sebabnya kepalanya tidak terbakar," kata Majumder kepada BBC Bengali.

Tetapi ketika Nusrat dibawa ke rumah sakit setempat, dokter menemukan luka bakar yang menutupi 80% tubuhnya.

Tidak dapat mengobati luka bakar, mereka mengirimnya ke Rumah Sakit Medical College Dhaka. 

Di ambulans, Nusrat yang takut tidak akan selamat merekam suaranya tentang pernyataan di ponsel saudara laki-lakinya.

"Guru itu menyentuhku, aku akan memerangi kejahatan ini sampai napas terakhirku," demikian yang Nusrat katakan.

Gadis itu juga mengidentifikasi beberapa penyerangnya adalah murid sekolahnya.

Baca Juga: Korban Pelecehan Seksual Dibakar Hidup-hidup oleh Pelaku: Ini Salah Satu Alasan Korban Pelecehan Seksual Tidak Mau Melapor

Sejak itu, berita tentang Nusrat mendominasi media Bangladesh.

Pada 10 April, dia meninggal. Ribuan orang menghadiri pemakamannya di Feni, kota kelahirannya. 

Polisi sejak itu menangkap 15 orang, tujuh dari mereka diduga terlibat dalam pembunuhan itu.

Di antara mereka yang ditangkap adalah dua siswa laki-laki yang mengorganisir protes untuk mendukung kepala sekolah sementara kepala sekolah sendiri tetap ditahan.

Polisi yang merekam Nusrat saat gadis itu melakukan pengaduan pelecehan seksual telah dilepas dari jabatannya dan dipindahkan ke departemen lain.

Perdana Menteri Sheikh Hasina bertemu keluarga Nusrat di Dhaka dan berjanji bahwa setiap orang yang terlibat dalam pembunuhan akan diadili. 

"Tak satu pun dari pelakunya akan terhindar dari tindakan hukum," katanya.

Kematian Nusrat telah memicu protes dan ribuan orang mengekspresikan kemarahan mereka tentang kasusnya serta perlakuan terhadap korban kekerasan seksual di Bangladesh.

Baca Juga: Kasus Gadis yang Dibakar oleh Teman-teman Kelasnya, Sebelumnya Ia Jadi Korban Pelecehan Seksual yang Berusaha Mencari Keadilan

"Saya menginginkan seorang anak perempuan sepanjang hidup saya, tetapi sekarang saya takut.

Melahirkan seorang anak perempuan di negara ini berarti kehidupan yang penuh ketakutan dan kekhawatiran," tulis seorang pengguna Facebook.

Menurut kelompok hak asasi perempuan Bangladesh, ada 940 insiden pemerkosaan di Bangladesh pada 2018.

Tetapi para peneliti mengatakan mungkin jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi. 

 

Balasan setimpal

Pada akhirnya, kasus Nusrat menjadi tonggak sejarah penanganan kasus pelecehan seksual di Bangladesh secara khusus dan Asia Selatan secara umum.

 

 

Kematiannya memicu kengerian di seantero Bangladesh, dengan pengunjuk rasa turun ke jalan dan meminta "hukuman berefek jera" dalam tuntutannya.

Pembunuhan itu memberikan tekanan bagi pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina, di mana dia memerintahkan 27.000 sekolah membentuk komite mencegah kekerasan seksual.

Baca Juga: Ironis, Dulu Terkenal karena Jadi Korban Pelecehan Seksual, 'Gadis Lemari' Ini Kini Justru Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual

Titik balik terkuat dari penanganan kasus pelecehan seksual terjadi ketika 16 orang pelaku akhirnya dijatuhi hukuman terberat yang mungkin mereka peroleh.

Mereka dihukum mati oleh pengadilan Bangladesh karena terbukti secara hukum berencan menghabisi nyawa Nusrat.

Pemberian hukuman mati kepada 16 pelaku, seperti dikatakan Jaksa Hafez Ahmed, menunjukkan bahwa siapa pun tidak akan lari dari hukum jika sudah membunuh.

Di antara mereka yang dihukum mati, terdapat Siraj Ud Doula, kepala sekolah yang memerintahkan supaya Nusrat dibakar bidup-hidup.

Selain Doula, terdapat dua guru dan dua teman sekelas Nusrat, yang terlibat dalam pembunuhan dengan cara menjaga agar dia tak kabur.

 

 

(Nieko Octavi Septiana, Ardi Priyatno Utomo)

Artikel ini pernah tayang di Suar.id dengan judul "Fakta Dibalik Kasus Gadis SMA yang Dibakar Teman-temannya Hingga Tewas" dan Kompas.com dengan judul "Gadis Ini Dibakar Hidup-hidup hingga Tewas, 16 Orang Pelaku Dihukum Mati".

Baca Juga: Baiq Nuril Dihukum karena Rekam Pelecehan Seksual Kepsek, Masyarakat Galang Dana untuk Bayar Denda Rp500 Juta