Anak tak boleh sekali-sekali mendapat perasaan dia diterlantarkan. Sandang pangan saja belum cukup. Kecuali itu mereka masih memerlukan cinta kasih yang mesra.
Di negara Nefo sudah sepatutnya anak mendapat tempat utama dalam lubuk hati rakyat.
Sebalikny amereka sejak kecil harus dididik social minded. Maka kalau hari sudah malam, tak ada rapat tak ada tamu atau perjanjian lain, anak satu-satunya yang baru berumur 4,5 tahun sering diceriterai tentang anak-anak yang dilanda banjir di Tulungagung, paceklik di Jawa Tengah, bencana alam di Bali, dsb.
Ibu Rusiah orangnya sangat sederhana. Sifat itu dicerminkan dalam seluruh interior kamar kerjanya. Keramahannya dan kesabarannya merupakan salah satu ciri beliau.
Tampaknya tak pernah tergesa-gesa, biarpun mengetahui masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
Mungkin justru sifat-sifat kewanitaan khas itu yang menguntungkan beliau dalam menunaikan tugasnya sebagai Menteri Sosial.
Seorang ibu lebih dapat merasakan betapa sedihnya nasib seoran ganak terlantar, anak yatim piatu yang tak mempunyai orangtua lagi yang dapat menimangnya, wanita-wanita yang tersesat, para tunakkarya yang tak mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal yang tetap.
Bagaimana rasanya sebagai orangtua tak sanggup memberi nafkah seperlunya pada anak-anaknya sehingga mereka terpaksa minta-minta di sepanjang jalan.
Baca Juga: Beda Cara Jokowi Pilih Menteri di Periode Pertama dan Kedua, Terlihat dari Komposisi!
Mungkin karena itu Bu Rus menaruh perhatian sepenuhnya terhadap masalah-masalah ini.
Di Bekasi ada tempat penampungan para tunakarya. Di situ mereka dididik menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Mereka harus bercocok tanam, menjahit, membuat kecap, tahu di samping mendapat latihan militer.
Kalau sudah ‘lulus’ namanya bukan tunakarya lagi, tetapi binakarya. Kesungguhan Bu Rusiah dalam menunaikan tugas rehabilitasi itu dan bagaimana tanggapan para binakarya sendiri, kami kira palign baik dapat dicerminkan oleh pesan salah seoran gbinakarya waktu akan diberangkatkan ke Kalimantan baru-baru ini.