Namun, Mang Ocim tetap setia dan tidak beringsut meninggalkan Jl. Ranggagading sampai kini.
Para pelanggan pun tetap setia mengunjungi warung laksa yang kini dijaga oleh Mang Ace ini.
“Kebanyakan yang datang makan ke sini encik-encik yang pantang makan daging. Mereka bilang laksa saya itu cia cai,” kisah Mang Ace.
Cia cai artinya makan sayur saja alias vegetarian.
Menyantap semangkuk laksa ini serasa sedang menikmati kenangan indah Kota Bogor di masa lalu.
Peralatan masak, cara meracik, dan penyajiannya masih mempertahankan gaya lama.
Sangat tradisional. Meski ada pisau, Mang Ace tetap memanfaatkan seutas benang untuk memotong telur rebus yang sudah dikupas kulitnya.
Untuk memanaskan kuah laksa, Mang Ace masih menggunakan tungku dengan bara kayu bakar.
Aroma asap dari tungku inilah yang membuat kuah laksa menjadi lebih sedap.
Bahan-bahan laksa pun dipilih dengan teliti. Oncom merah yang dipakai sebagai campuran laksa harus yang bagus dan masih segar.
Tandanya, warna oncom kemerahan cerah dan kering.
Semangkuk laksa berisi lontong, bihun, oncom merah yang diremas kasar, tahu, telur rebus, dan daun kemangi.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR