Advertorial

Cari Obat Ngantuk yang Segar-segar Sambil Bernostalgia? Mampirlah Membeli Asinan Kamboja

Ade Sulaeman

Editor

Tak salah, asinan memang bisa dijadikan obat mujarab untuk mengusir kantuk. Tentu saja mata hanya akan melek jika asinan itu memang rasanya menyegarkan.
Tak salah, asinan memang bisa dijadikan obat mujarab untuk mengusir kantuk. Tentu saja mata hanya akan melek jika asinan itu memang rasanya menyegarkan.

Intisari-Online.com – Mata ngantuk, enggak ada ide? Lagi pengin makan yang seger-seger? Cari asinan saja!

Tak salah, asinan memang bisa dijadikan obat mujarab untuk mengusir kantuk. Tentu saja mata hanya akan melek jika asinan itu memang rasanya menyegarkan seperti asinan legendaris di Jln. Kamboja, Rawamangun.

Buat mereka yang jarang berkunjung ke daerah Jakarta Timur, warung asinan ini agak susah ditemukan. Kita harus blusukan ke jalan kecil.

Lokasi Jln. Kamboja ini persis di seberang RS Persahabatan, Ramamangun. Warung tersebut berada di depan sebuah taman.

H. Mansyur yang empunya warung asinan khas Betawi ini sudah malang-melintang berjualan asinan sejak tahun 1960-an.

(Baca juga: Di Jakarta Ada Bir Pletok, di Bogor Ada Bir Kocok. Dua-duanya Tak Mengandung Alkohol)

Jejak perjuangannya diawali dengan berjualan asinan pakai pikulan keluar masuk kampung. Sehari-hari, ia ngider menjajakan asinan di sekitar Rawamangun, Pulogadung, dan Jatinegara.

Pada tahun 70-an, H. Mansyur mulai menetap dan membuka warung asinan di Jln. Kamboja. Dari tahun ke tahun, usaha yang dirintisnya makin laris dan bertahan sampai sekarang.

Setelah meninggal pada tahun 2008, warung asinan Kamboja itu diteruskan oleh anak-anak dan menantunya. Salah seorang yang diserahi urusan berdagang ialah Yani.

Menurut cerita Yani, dulu H. Mansyur hanya berjualan asinan sayur saja. Berhubung banyak pelanggan yang meminta dibuatkan asinan buah, maka warung ini menambah menu baru, asinan buah.

Racikan bahan dan bumbunya berbeda. Harganya pun berbeda.

(Baca juga: Kue Rangi, Jajajan Khas Betawi yang Lembut dan Wangi Namun Langka. Ada yang Pernah Mencoba?)

Asinan sayur terdiri atas bahan serba mentah. Di antaranya rajangan halus kol, irisan mentimun, irisan kasar daun selada, taoge, tahu putih. Bumbu siramnya terbuat dari kacang tanah, cabai, gula, cuka, dan bumbu lainnya.

Cuka aren ini dibuat dari air mayang pohon aren. Rasa asamnya lebih nikmat daripada cuka pabrik.

Bumbu kacang untuk asinan ini dimasak sampai keluar minyaknya. Asinan dihidangkan lengkap dengan tambahan kerupuk mi, kerupuk merah, dan taburan kacang goreng.

Saat disantap, segeeeer beneeer! Kesegarannya membuat mata mengantuk menjadi melek.

Adapun asinan buah terbuat dari paduan irisan nanas, kedondong, bengkuang, dan mangga. Bumbu perendam yang dipakai berwarna bening kemerahan karena warna serpihan cabai giling yang direbus bersama gula, garam, dan cuka. Rasanya fresh, asam manis pedas.

(Baca juga: Sengkulun, Makanan Khas Betawi yang Makin Langka)

Cita rasa asinan khas Betawi ini asam segar dengan tekstur buah dan sayuran yang renyah menimbulkan bunyi krenyes-krenyes ketika dikunyah.

Begitu kita mencicipi makanan ini, dijamin mata yang mengantuk akan sontak jadi terang. Wajarlah jika warung ini selalu ramai pada jam makan siang dan jam pulang kantor.

Dalam sehari, warung yang kondang ini bisa menjual sekitar 200-an porsi asinan sayur dan 100-an lebih asinan buah.

Rani, karyawati sebuah Bank swasta di Rawamangun, yang juga penggemar berat asinan Kamboja, menuturkan ia menyukai asinan ini karena cita rasanya yang beda daripada kebanyakan asinan betawi.

“Bumbu kacangnya medok banget. Ada minyak-minyak di atasnya. Gurih asam manis segar, enggak terlalu pedas,” katanya.

Ia mengaku minimal seminggu dua kali mampir ke warung asinan Kamboja. Bahkan, habis makan asinan di tempat pun ia masih membungkus untuk dibawa pulang. “Buat persediaan di rumah,” katanya. (Fay/Ron)

(Diambil dari Buku Wisata Jajan Jabodetabek – Intisari)

Artikel Terkait