Karena isterinya terus-menerus meyakinkan Affandi, bahwa ia akan lebih berbahagia jika Affandi mengambil isteri muda, maka inilah tanggapan Affandi.
Pertama, yang mencari isteri baru tersebut haruslah Maryati sendiri; kedua, isteri yang dicari tidak boleh lebih pintar dan harus lebih jelek dari Maryati.
Dengan kata lain, ternyata Affandi tidak mengambil "kesempatan" apa pun dari kebesaran jiwa Maryati.
Sebaliknya terlihat betapa ia sangat mencintai dan ingin selalu menghargai isteri pertamanya tersebut.
Bukankah mereka memang pasangan ajaib?
Kartika menganggap Affandi sebagai lelaki langka.
Kepada Maryati, yang oleh Affandi kecantikannya disamakan dengan perempuan gypsy, ketika Kartika masih berusia setahun, ayahnya itu berkata, "Kamu ini cantik, masih muda. Anakmu baru setahun. Lebih baik kamu kuceraikan saja."
Tentu saja Maryati bertanya kenapa, yang kemudian dijawab, "Karena kamu akan sengsara hidup dengan saya."
Namun Maryati tidak takut ditantang begitu. "Ya sudahlah, apa pun yang terjadi nanti," katanya.
Menurut Kartika, sebagai anak Affandi, ia belajar banyak hal dan bapaknya. Bukan hanya dalam hal melukis, yang baru ditekuninya setelah ia dewasa, tetapi justru dalam berbagai perkara di luar kesenian.
Misalnya tentang yang disebutnya sebagai 'kemandirian'.
"Suatu hari, saya masih di sekolah dasar, disuruh Papie membawa peta timbul buatan Papie ke seorang guru yang memesannya, dengan berjalan kaki," kisah Kartika.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR