Fruktosa (dari fructus latin, gara-gara dikira cuma ada dalam buah) ternyata terselip juga dalam madu. Namun, madu sebenarnya ya kumpulan berbagai gula berasal dari tanaman juga. Itu dicuri oleh. lebah sebagai nektar (sari bunga), kemudian dipekatkan dalam sarang.
Maksudnya untuk disimpan sebagai persediaan bahan makanan. Namun biasanya juga dicuri oleh orang.
Baca juga: Maksud Hati Ingin Beli Laptop, Pria Ini Kaget Isinya Malah Gula Pasir!
Maka,imasyarakat kuno di bumi belahan barat dulu Cuma bisa menikmati dua jenis gula. Gula yang dimakan bersama buah-buahan dan madu yang diperas dari sarang tawon.
Gula rumput setinggi orang
Pada zaman Alexander “The Great” (Iskandar Dulkarnaen) menyerbu Persia tahun 527, orang Barat berkenalan dengan gula baru. Wartawan perang yang meliput pertempuran Dulkarnen melaporkan dari garis 'dipan' bahwa di Persia ada rumput setinggi orang yang bisa 'menghasilkan madu' begitu saja. Tidak usah pakai tawon.
Dari mana asal usul 'rumput' penghasil gula itu, sampai sekarang tidak pernah jelas. Dari buku Hindu kuno Atharwa Weda kita cuma tahu bahwa rumput raksasa yang disebut tebu (dari suku Graminae) itu sudah diusahakan orang di daerah aliran Sungai Silugonggo. Tidak jelas juga bagaimana mereka dulu mengolah tebu menjadi gula.
Gula tebu terbentuk karena glukosa hasil fotosintesisnya digabung dengan fruktosa stereoisomer-nya. Molekul baru yang dikenal sebagai sakarosa ini lebih manis, karena kemanisan glukosa diperkuat oleh manisnya fruktosa.
Baca juga: Mana yang Lebih Berbahaya? Kebanyakan Garam atau Kebanyakan Gula?
Pulau Jawa dilanda tebu kira-kira tahun 400. Seorang turis Tiongkok yang melancong ke Jawa melihat ada kebun tebu di pesisir utara dan mencatatnya sebagai berita besar, tapi tidak jelas bagaimana riwayatnya tebu India itu bisa sampai ke Pulau Jawa.
Yang jelas, sari tebu itu sesudah diperas dari batangnya digodok dalam wajan supaya menguap airnya. Hasil rebusan berupa sirup kental kemudian dicetak dalam potongan batang bambu dan dipasarkan sebagai gula merah. Ada juga yang dicetak dalam batok kelapa, tapi ini diedarkan sebagai gula jawa.
Industri gula tebu kemudian berkembang pesat dengan teknologi maju awal abad ke-20, sampai Pulau Jawa dikatakan 'mengapung di atas gula'. Kemakmurannya berkat devisa hasil ekspor gula pasir.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR