Intisari-Online.com – Saat menderita sakit dan dokter memeriksa tubuh kita dengan stetoskop, sesekali pastilah pernah terpikir: bunyi apa sih yang didengar dokter?
Kelainan di tubuh memang bisa dideteksi dari beberapa jenis bunyi yang ada di dalam tubuh (istilahnya auskultasi) terutama dari bunyi jantung dan paru-paru.
Berdasar manuskrip yang tertulis di papirus, cara ini malah sudah dilakukan sejak zaman Mesir Kuno, 17 abad Sebelum Masehi.
Bapak kedokteran, Hippocrates, juga mengguncang-guncang tubuh pasiennya (succussion) dan mendengar bunyi di dada, untuk menentukan suatu kelainan.
Sampai beberapa abad kemudian, cara Hippocrates yang hidup tahun 350 SM itu, masih diikuti para dokter.
Baca juga: Sinar Rontgen, Bisa Menembus Dada tapi Sangat Berguna untuk Dunia Kedokteran
Hingga akhirnya seorang dokter muda Prancis, Rene Theophile Hyacinthe Laennec menemukan stetoskop, tahun 1816.
Ceritanya, Laennec yang sedang memeriksa seorang gadis kecil, teringat bahwa bunyi bisa melewati ruang pada gulungan ketas.
Diambilnya 24 lembar kertas, digulung, lalu ujungnya ditempelkan di dada pasien. Sedangkan ujung yang lain didekatkan di lubang telinganya sendiri.
Aha! Bunyi jantung pasiennya terdengar jelas!
Awalnya Laennec menamai alat temuannya sederhana saja: silinder (le cylindre).
la menyesal ketika ternyata ada koleganya yang secara kreatif menamainya stetoskop, berasal dari bahasa Yunani stetos (dada) dan skope (pemeriksaan).
Catatan medis tentang auskultasi melalui stetoskop itu sendiri baru dilakukan 8 Maret 1817, saat Laennec memeriksa Marie-Melanie Basset, pasiennya yang berusia 40 tahun.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR