Intisari-Online.com – Sinar yang ditemukan Rontgen sebenarnya memerupakan sebuah gelombang elektromagnetik.
Panjang gelombangnya 1/10.000 kali panjang gelombang sinar matahari.
Kita tidak dapat melihat sinar ini, tetapi dapat menembus benda, misalnya kertas, kayu, bahkan logam.
Kristal tertentu seperti seng sulfida (ZnS) atau barium platinsianat dapat bercahaya (fluoresensi) bila terkena sinar itu.
Untuk memperoleh sinar rontgen diperlukan seperangkat peralatan seperti alat penghasil panas dan aliran listrik tegangan tinggi (transformatoj), tabung penghasil sinar – atau disebut juga tabung rontgen - dan lembar film untuk pengamatan hasilnya.
Tabung rontgen terdiri atas silinder gelas hampa udara berisikan kawat pijar sebagai kutub negatif dan lempeng wolfram sebagai kutub positif.
Masing-masing kutub bertindak sebagai katoda dan anoda, mirip bola lampu pijar.
Jika tabung dialiri listrik, pada kawat pijar terjadi panas sampai mencapai suhu di atas 2.000°C, dan keluarlah partikel-partikel elektron darinya menuju kutub positif.
Apabila di antara kutub negatif dan positif diberi beda aliran listrik tegangan tinggi, ribuan elektron tersebut bergerak sangat cepat, dan membentur lempeng kutub positif.
Pada proses ini terjadi perubahan energi, 99% energi diubah dalam bentuk panas dan 1% dalam bentuk sinar tidak tampak, yakni sinar rontgen.
Sama halnya dengan sinar matahari, sinar rontgen dapat juga menghitamkan kertas film karena dapat mengubah ion perak dalam kertas film menjadi logam perak yang berwarna hitam.
Bedanya, sinar matahari merupakan sinar tampak mata, sedangkan sinar rontgen tidak.
Selain itu, dibandingkan dengan sinar matahari daya tembusnya jauh lebih besar, tergantung pada besarnya tegangan listrik yang digunakan.
Apabila dilewatkan tubuh kita, massa padatan, misalnya tulang, lebih banyak menyerap sinar tersebut dibandingkan dengan massa setengah padat, cair, dan gas seperti darah, daging, dan rongga-rongga udara.
Perbedaan daya serapan ini memberikan gambaran yang berbeda pada kertas film.
Kalau kita sedang dirontgen, misalnya untuk pemeriksaan paru-paru, tegangan listrik atau dosis-serapan sudah diatur begitu rupa.
Dalam sekian detik saja, sinar tersebut sudah menembus dada. Yang dapat diamati hanyalah hasilnya pada lembar film setelah dicuci.
Jika tidak ada kelainan, di situ terlihat gambar terang (opaque) dari tulang-tulang rusuk dan massa padatan lainnya.
(baca juga:Ternyata, Sinar Rontgen Ditemukan Tidak Sengaja)
Gambaran paru-parunya sendiri didominasi warna gelap. Ini bisa dimengerti karena paru-paru sebagai organ pernapasan sebagian besar berisi udara, yang tidak banyak menyerap sinar rontgen.
Karena itu sinar ini lebih banyak jatuh pada kertas film, sehingga-menjadi hitam atau gelap pada daerah paru-paru.
Lain halnya pada penderita TBC misalnya, gambaran paru-parunya akan tampak lain, seperti adanya bercak-bercak terang. Dengan prinsip ini, sinar rontgen banyak digunakan untuk diagnosis berbagai penyakit. (M. Yuwono/Bastiana)