Intisari-Online.com -Biologiwan asal Jepang Yoshinori Ohsumi diganjar Hadiah Nobel Kedokteran atas jasanya menemukan autofagi—sebuah proses “sel memakan dirinya sendiri”—pada Senin (3/10) kemarin. Temuan ini dianggap sangat bermanfaat untuk pengobatan kanker, Alzheimer, dan penyakit lainnya.
Autofagi merupakan proses penting dalam fisiologi sel dan memiliki dampak besar terhadap kesehatan manusia dan penyakit. Gangguan pada proses itu dapat memicu penyakit diabetes dan Parkinson. Proses tersebut penting pada degradasi sel yang teratur dan juga daur ulang bagian sel yang rusak. Kegagalan pada proses ini diyakini menyebabkan terjadinya penuaan dan kerusakan sel.
Sekitar tahun 1960-an para ilmuwan mulai mengamati bahwa sel bisa menghancurkan kandungan dirinya dengan membungkus membrannya, lalu mengirimnya ke bagian daur ulang yang disebut lysosome.
“Kesulitan dalam mempelajari fenomena ini adalah hanya sedikit yang sudah kita ketahui, sampai dilakukannya percobaan yang brilian di awal tahun 1990-an oleh Yoshinori Ohsumi menggunakan ragi roti untuk mengidentifikasi gen-gen yang penting untuk autofagi,” kata juri Komite Nobel.
Ohsumi berhasil menjelaskan mekanisme mendasar untuk autofagi pada ragi dan menunjukkan mekanisme yang serupa untuk digunakan dalam sel manusia. “Penemuan Ohsumi ini telah mengarahkan pada paradigma baru untuk memahami bagaimana sel mendaur ulang dirinya. Mutasi pada gen autophagy akan menyebabkan penyakit, dan proses autofagi terjadi dalam beberapa kondisi, termasuk kanker dan penyakit saraf,” kata juri.
Ohsumi yang kini berusia 71 tahun meraih gelar PhD dari Universitas Tokyo tahun 1974. Saat ini ia menjadi profesor di Tokyo Institute of Technology. Peraih Nobel mendapatkan hadiah sebesar 8 juta kronor Swedia atau setara dengan Rp12 Miliar.(Kompas.com|Mashable)