Meski begitu, ia secara teratur tetap terlibat dalam aktivisme Palestina untuk menentang pendudukan Israel di tanah mereka.
“Ia terluka pada 2008 lalu oleh sebuah helikopter Israel yang menargetkannya setelah ia menurunkan bendera Israel dan mengangkat bendera Palestina di sepanjang perbatasan,” ujar saudaranya, Samir, kepada AFP.
Tapi, “Itu tidak menghentikannya untuk terus berdemonstrasi di Yerusalem. Setiap hari ia pergi sendirian ke perbatasan.”
Beberapa orang juga tahu ia pernah mencuri mobil untuk menyambung hidupnya. Dan pada 2016 lalu, ia berharap suata saat bisa pergi ke luar negeri untuk mendapatkan kaki palsu.
Nah, untuk membantu aktivitasnya sehari-hari, ia mendapatkan bantuan dari Irish Friends of Palestine berupa scooter otomatis.
(Baca juga: Mengapa Keputusan Trump Akui Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel Sangat Kontroversial?)
(Baca juga: Jokowi: Indonesia Mengecam Keras Pengakuan AS atas Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel)
Dalam sebuah cuplikan video sesaat sebelum kematiannya, Thuraya terlihat membawa bendera Palestina dan melambaikan tanda kemenangan pada tentara Israel.
Di video lain, ia terdengar meneriakkan kalimat, “Tanah ini adalah tanah kami. Kami tidak akan menyerah. Amerika harus mencabut deklarasi yang telah dibuatnya.”
Gas air mata dikabarkan digunakan untuk menghentikan para pemrotes. Dan pada satu kesempata, Thuraya merangkak meninggalkan kursi rodanya, melewati hamparan rumput, sebelum akhirnya tertembak oleh tentara Israel.
The Guardian melaporkan, pemakaman Thuraya dilaksanakan pada Jumat, tepat sehari setelah kematiannya yang heroik itu.
Legless warrior, activist, car washer, bread winner of the house and a Gazan left this world with the victory sign.Even the Strongest forces of Israel could not drop u on ur knees. Left the world fighting for the liberation of Jerusalem. Ibrahim Abu Thurayeh YOU WERE A LEGEND pic.twitter.com/lBqZtWDTvY
— Hassan Niazi (@HniaziISF) 16 Desember 2017
Nasset Atta, seorang jurnalis yang berbasis di Yerusalem, dalam Twitter-nya mengatakan bahwa kematian Thuraya bisa menjadi awal dimulainya Intifadah ketiga—persis dengan terbunuhnya Mohammed al-Dura yang memicu Intifadah kedua.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR