Advertorial

Jika Tak Lakukan Kesalahan Fatal, Panglima Pembebasan Palestina Ini Mestinya Bisa Lolos dari Penyerang Israel yang Akhirnya Membunuhnya

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com -Panglima pasukan gerilya Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dibunuh di kediamannya di Tunisia itu sebetulnya sudah tahu perihal kedatangan satu tim penyerang dari Israel.

Usaha untuk menyingkir dari kejaran pasukan Israel itu sudah disiapkannya.

Sayang sekali, Abu Jihad alias Khalil El Wazir melakukan kesalahan fatal. Ia menyempatkan diri dulu mempelajari pertempuran yang terjadi di Tepi Barat lewat video.

Saat itulah orang-orang Israel itu datang membunuhnya.

(Baca juga:Derita Sindrom 'Manusia Akar' Selama 10 Tahun, Pria Muslim Asal Gaza Ini Diselamatkan Seorang Dokter Asal Israel)

(Baca juga:Gara-gara Sering Digempur Militer Israel, Hizbullah yang Gigih Membela Palestina Justru Semakin Tangguh dan Kuat)

Pasukan yang membunuh Abu Jihad di pagi buta tanggal 16 April itu adalah pasukan elite Israel yang dikendalikan oleh Jenderal Dan Shomron, kepala staf Angkatan Bersenjata Israel.

Menurut para pejabat PLO di Tunisia, Ketua PLO.Yasser. Arafat sudah membunyikan alarm.

Tiga hari menjelang kejadian itu, ia telah menyampaikan informasi, Israel sedang merencanakan operasi untuk mengguncang kepemimpinan PLO.

Bahkan dua hari menjelang pembunuhan itu, para pemimpin puncak PLO mengadakan pertemuan darurat, dipimpin Abu Jihad sendiri.

Mereka percaya; satu tim orang Israel berada di Tunisia. Untuk itu Abu Jihad memerintahkan para pejabat tersebut agar meninggalkan negara itu.

Beberapa pejabat PLO memang segera mengikuti perintahnya. Namun, Abu Jihad ketika itu yakin bahwa sasaran kali itu bukan dirinya, melainkan Yasser Arafat.

Karena itu ia menunda keberangkatannya sendiri. Rencana meninggalkan Tunisia menuju Bagdad akan dilakukannya pada hari Sabtu pagi, tanggal 16 April.

Pada malam pembunuhan itu, ia baru saja pulang ke vilanyadi daerah pinggiran utara Kota Tunis. Supirnya menunggu dalam mobil di halaman gedung yang dikelilingi pagar tembok.

(Baca juga:Terus Aktif Perjuangkan Kemerdekaan Palestina, Indonesia Diapresiasi Presiden Palestina dan Raja Yordania)

(Baca juga:Bentrok dengan Aparat Israel, 4 Orang Palestina Meninggal Dunia)

Sekitar pukul 01.30, Sabtu dini hari, Abu Jihad mulai menyalakan video guna mempelajari pertempuran antara pasukan Palestina dan Israel di Tepi Barat. Peranannya besar sekali dalam mengatur pertempuran itu.

Di tengah-tengah perhatian yang tertumpah pada tayangan video itu, ia mendengar suara-suara ganjil di luar. Abu Jihad segera bergegas naik ke kamar tidurnya di lantai atas, mengambil pistolnya yang berkaliber 9 mm.

Bebarapa saat kemudian, Abu Jihad sudah berada di dasar tangga yang menuju ke ruang tengah, ketika terdengar suara pintu didobrak oleh pasukan Israel.

Ia sempat melepaskan sebuah tembakan dengan pistolnya, sebelum tubuhnya dihujani peluru yang menewaskannya.

Ditembus 70 butir peluru

Serangan para pembunuh sudah direncanakan dengan saksama. Salah seorang penyerang diberi tugas khusus untuk menembak tangan Abu Jihad yang menggenggam senjata.

Pistolnya terlempar dan tangannya hampir putus. Sedikitnya tujuh puluh butir peluru menembusi tubuh Abu Jihad. Hal itu terjadi di depan mata istrinya sendiri, Intissar El Wazir.

Intissar memang punya rencana tinggal di Tunis bersama dengan putra termuda mereka, Nidal (2) dan putri mereka, Hanan (14). Sementara tiga anak mereka yang lain bersekolah di Amerika.

Umm Jihad alias Intissar El Wazir, bekas anggota penyelundup senjata dan amunisi bagi para pejuang PLO, menduga orang-orang Israel itu pun bakal membunuhnya.

Ia pun lantas menghadap ke dinding, pasrah menanti datangnya butir-butir peluru menghujani tubuhnya.

Ternyata orang-orang bersenjata itu berteriak kepada putrinya dalam bahasa Arab.

"Jaga ibumu," demikian teriak mereka sebelum bergegas meninggalkan vila berdarah itu.

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 1988)

Artikel Terkait