Siapa Sosok di Balik Pendakian Sukses Pertama Puncak Carstensz?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Artikel ini akan membahas tentang siapa sosok di balik pendakian sukses pertama di Puncak Carstensz.
Artikel ini akan membahas tentang siapa sosok di balik pendakian sukses pertama di Puncak Carstensz.

Inilah orang pertama yang berhasil menaklukkan Puncak Carstensz atau Punjak Jawa. Siapa dia?

Intisari-Online.com -Kabar duka datang dari Puncak Carstensz, Papua. Dua pendaki bernama Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono meninggal dalam pendakian puncak tertinggi di Pegunungan Jayawijaya itu pada Sabtu (1/3).

Mengutip Kompas.com, Lillie dan Elsa dilaporkan meninggal dunia karena hipotermia saat cuaca buruk melanda Puncak Cartenz. Elsa berhasil dievakuasi tim SAR Timika dan kini dibawa ke RSUD Timika, sementara evakuasi terhadap Lilie dihentikan sementara karena cuaca buruk.

Baca Juga: Menjulang di Atas Awan, Inilah 10 Gunung Tertinggi di Indonesia!

Artikel ini akan membahas tentang siapa sosok di balik pendakian sukses pertama di Puncak Carstensz. Pada 1962, untuk pertama kalinya puncak Jayawijaya di jamahi oleh manusia.

Orang yang pertama kali menggapai puncak, Heinrich Harrer yang merupakan seorang pria berkebangsaan Austria. Heinrich dibantu bersama tiga anggota ekspedisi lainnya, yakni Russell Kippax, Bertus Huizenga dan Robert Philip Temple.

Kembali ke Lilie dan Elsa. Keduanya adalah sahabat, keduanya diketahui telah mendaki berbagai puncak gunung tertinggi di Indonesia.

Di masa lalu, gunung tertinggi di Indonesia ini telah menelan beberapa korban jiwa. Seorang pendaki profesional dilaporkan tewas akibat badai salju yang melanda gunung ini pada 2016.

Diberitakan Kompas.com (18/4/2016), dia adalah Erik Airlangga, anggota Tim Kartini Freeport. Tim yang terdiri dari 32 orang ini mendaki Carstensz dalam rangka memperingati hari Kartini.

Kakak kandung korban, Widya, mengatakan bahwa mereka mendapat kabar mengenai keadaan Erik dari tempatnya bekerja, PT Freeport di Papua. Dia juga mengungkapkan, Erik pernah beberapa kali mendaki gunung yang sama. Karena itu, dia diminta untuk menjadi pemandu oleh rekan-rekannya.

"Erik diminta jadi salah satu pemandu bagi rekan-rekan ke Carstensz. Setahu saya, Erik sudah lima kali menaiki puncak gunung yang sama," ujar Widya.

Jenazahnya pun dibawa ke rumah duka di Perumahan Laswi Residen, Kota Tasikmalaya, Senin (18/4/2016).

Kasus pendaki yang meninggal di Carstensz selanjutnya terjadi pada 2018. Dilansir Kompas.com (5/11/2018), seorang pemandu bernama Andika Pratama tewas tertimpa batu saat mendaki puncak.

Insiden itu tepatnya terjadi pada Sabtu, 3 November 2018, antara pukul 10.30 WIT hingga 11.30 WIT di titik pertama pemasangan tali ketika sedang latihan atau aklimatisasi. Menurut salah satu rekan almarhum, korban kala itu tengah mendampingi enam pendaki asing dari Rusia dan Azerbaijan.

Almarhum juga diketahui sering melakukan pendakian di Puncak Carstensz. Namun nahas, saat itu terjadi longsoran bebatuan yang jatuh dari atas dan langsung mengenai korban.

Jenazah korban lalu dievakuasi pada keesokan harinya karena sempat terkendala cuaca buruk. Almarhum kemudian diterbangkan dari Bandara Mozes Kilangin Timika menuju rumah duka yang berada di Bandung, Jawa Barat, pada hari yang sama.

Sebagai informasi, Gunung Carstensz Pyramid memiliki ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan termasuk ke dalam tujuh puncak tertinggi di dunia. Hal inilah yang membuat para pencinta gunung merasa tertantang untuk bisa menaklukkan puncaknya.

Namun, gunung ini tidak diperuntukkan pemula lantaran memiliki medan yang sulit sehingga dibutuhkan teknik khusus. Menurut pemilik sekaligus pemandu pendakian dari Patagona Adventure Travel, Fandhi Achmad, untuk mencapai puncak pendaki harus memanjat.

"Beberapa kali ketemu pendaki seven summits dunia. Mereka bilang Gunung Carstensz lebih susah daripada Everest karena dari tujuh puncak dunia, cuma Carstensz yang perlu kemampuan teknik memanjat saat mau mencapai puncak," kata Fandhi, dikutip dari Kompas.com (28/9/2016).

Dia menambahkan, pendaki harus mulai memanjat tebing mulai dari titik Lembah Kuning. Di samping itu, rute pendakian juga terbilang berat, ditambah hampir setiap hari dilanda hujan.

Sampai dengan hari keempat, para pendaki juga harus menyeberangi sungai-sungai dan berjalan di akar-akar pohon yang licin.

Baca Juga: Tim Mahitala Mengganti Tali Pendakian di Carstensz Pyramid

Profil Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono

Lilie Wijayanti Pogieono lahir di Malang, 2 Oktober 1965. Perempuan berusia 59 tahun itu dikenal sebagai pemilik akun Instagram @mamakpendaki.

Dalam kesehariannya, Lilie merupakan seorang perancang busana melalui usaha bisnis bernama La Belle Femme (LBF). Lilie mengenal Elsa Laksono sejak duduk di bangku SMP.

Dua sahabat ini pun memiliki kegemaran yang sama, yakni gunung. Mereka mulai mendaki bersama pada usia 18 tahun untuk menaklukkan Gunung Bromo.

"Persahabatan kami terputus tanpa kabar berita. Aku melanjutkan kuliah dan karier di Telkom dan Elsa melanjutkan kuliah Kedokteran Gigi di Jakarta. Karena itulah dia dinamai Mamak Gigi. Komunikasi terbatas dan hubungan terputus," tutur Lilie dalam konten Instagram-nya.

Lilie telah mendaki sekitar 30 gunung, termasuk Gunung Merbabu, Manglayang, Slamet, Burangrang, Kelud, Cartenz, Kerinci, Semeru, Rinjani, Bukit Raya, Latimojong, dan Binaiya. Sebelum mendaki Puncak Cartenz, Lilie sempat mengunggah video momen persiapannya memilih pakaian untuk mendaki.

Lilie dan Elsa berangkat menuju puncak Gunung Cartenz pada Jumat (28/2/2025) pukul 04.00 WIT bersama rombongan berisi 20 pendaki, seperti diberitakan Kompas.id, Minggu (2/3/2025). Seluruh pendaki mencapai puncak Gunung Cartenz pada Sabtu (1/3/2025).

Saat mereka turun ke Lembah Kuning, cuaca buruk berupa hujan deras disertai salju dan angin kencang tiba-tiba melanda. Kondisi ini menyebabkan lima pendaki mengalami hipotermia. Lilie dan Elsa kemudian dinyatakan meninggal, sementara tiga pendaki lainnya berhasil diselamatkan.

Profil Elsa Laksono

Elsa Laksono merupakan pendaki perempuan asal Malang, Jawa Timur, yang lahir pada 24 Juli 1965. Dia dikenal sebagai Mamak Gigi yang mengelola akun Instagram @explorewithelsa.

Elsa dan Lilie Wijayanti sama-sama alumni SMA Dempo Malang angkatan 1984. Perempuan 59 tahun ini berprofesi sebagai dokter gigi, sehingga kerap dipanggil Mamak Gigi.

Sejak muda, Elsa memiliki kecintaan terhadap alam. Dia diketahui telah mendaki Gunung Sumbing, Papandayan, Slamet, dan Mahameru.

Bersama Lilie, Elsa juga diketahui pernah mendaki gunung tertinggi di dunia Gunung Everest, Nepal pada 2019. Sayangnya, Elsa mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan turun dari Puncak Cartenz akibat hipotermia.

Itulah artikel tentangsiapa sosok di balik pendakian sukses pertama di Puncak Carstensz. Pada 1962, untuk pertama kalinya puncak Jayawijaya di jamahi oleh manusia.

Baca Juga: Siapa Sosok di Balik Pendakian Sukses Pertama Puncak Carstensz?

Artikel Terkait