Advertorial

Aktivis Cacat yang Gigih Membela Kemerdekaan Palestina Itu Akhirnya Tewas di Ujung Bedil Tentara Penjajah Israel

Moh Habib Asyhad

Penulis

Meski telah kehilangan kedua kaki dan ginjalnya, ia secara teratur tetap terlibat dalam aktivisme Palestina dalam menentang pendudukan Israel di tanah mereka.
Meski telah kehilangan kedua kaki dan ginjalnya, ia secara teratur tetap terlibat dalam aktivisme Palestina dalam menentang pendudukan Israel di tanah mereka.

Intisari-Online.com -Seorang aktivis Palestina yang kehilangan kedua kakinya dalam sebuah serangan udara telah ditembak mati oleh tentara Israel saat memprotes keputusan Amerika yang menetapkan Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Ibrahim Abu Thuraya, yang ke mana-mana menggunakan kursi roda, adalah satu dari empat Palestina yang tewas dalam bentrokan yang terjadi pada Jumat (15/12) lalu itu.

Menurut saksi mata, Ibrahim sama sekali tak membawa senjata.

Otoritas kesehatan Palestina mengatakan, seperti dilansir dari Independent.co.uk, Thuraya ditembak di timur kota Gaza.

(Baca juga:Di Tengah Ancaman AS, 128 Negara Ini Berani Menentang Klaim AS atas Yerusalem)

(Baca juga:Untuk Menghormati Pengakuan Presiden Amerika Terhadap Yerusalem, Taman Edukasi di Israel Ini Diberi Nama Donald Trump Park!)

Mencoba membela diri, tentara Israel mengaku hanya menembaki para “penghasut” yang melakukan demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel itu.

Laki-laki berusia 31 bernama Yasser Sokhar juga tewas dalam bentrokan yang sama.

Kita tahu, protes dan demonstrasi besar-besaran muncul setelah Donald Trump secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Dalam bentrokan yang terjadi sepanjang perbatasan Gaza dan Israel itu, 82 warga Palestina terluka, lima di antaranya terluka serius.

Menurut sebuah sumber lokal, Thuraya telah kehilangan kedua kaki dan ginjalnya dalam sebuah serangan udara pada 2008 lalu.

Meski begitu, ia secara teratur tetap terlibat dalam aktivisme Palestina untuk menentang pendudukan Israel di tanah mereka.

“Ia terluka pada 2008 lalu oleh sebuah helikopter Israel yang menargetkannya setelah ia menurunkan bendera Israel dan mengangkat bendera Palestina di sepanjang perbatasan,” ujar saudaranya, Samir, kepada AFP.

Tapi, “Itu tidak menghentikannya untuk terus berdemonstrasi di Yerusalem. Setiap hari ia pergi sendirian ke perbatasan.”

Beberapa orang juga tahu ia pernah mencuri mobil untuk menyambung hidupnya. Dan pada 2016 lalu, ia berharap suata saat bisa pergi ke luar negeri untuk mendapatkan kaki palsu.

Nah, untuk membantu aktivitasnya sehari-hari, ia mendapatkan bantuan dari Irish Friends of Palestine berupa scooter otomatis.

(Baca juga:Mengapa Keputusan Trump Akui Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel Sangat Kontroversial?)

(Baca juga:Jokowi: Indonesia Mengecam Keras Pengakuan AS atas Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel)

Dalam sebuah cuplikan video sesaat sebelum kematiannya, Thuraya terlihat membawa bendera Palestina dan melambaikan tanda kemenangan pada tentara Israel.

Di video lain, ia terdengar meneriakkan kalimat, “Tanah ini adalah tanah kami. Kami tidak akan menyerah. Amerika harus mencabut deklarasi yang telah dibuatnya.”

Gas air mata dikabarkan digunakan untuk menghentikan para pemrotes. Dan pada satu kesempata, Thuraya merangkak meninggalkan kursi rodanya, melewati hamparan rumput, sebelum akhirnya tertembak oleh tentara Israel.

The Guardian melaporkan, pemakaman Thuraya dilaksanakan pada Jumat, tepat sehari setelah kematiannya yang heroik itu.

Nasset Atta, seorang jurnalis yang berbasis di Yerusalem, dalam Twitter-nya mengatakan bahwa kematian Thuraya bisa menjadi awal dimulainya Intifadah ketiga—persis dengan terbunuhnya Mohammed al-Dura yang memicu Intifadah kedua.

Intifadah, yang secara harafiah berarti perlawanan, mencakup seluruh gerakan perlawanan untuk merebut kembali tanah Palestina pra-Israel.

Intifadah pertama terjadi pada 1987 – 1993, sementara Intifadah kedua (atau jamak disebut Intifadah Al-Aqsa) berlangsung antara 2000 – 2005.

Mohammed al-Dura adalah remaja laki-laki berusia 12 tahun yang dibunuh oleh tentara Israel saat melakukan demonstrasi di Jalur Gaza pada 2000 lalu, yang memicu kecaman keras dari seluruh penjuru dunia.

Menurut Middle East Eye, Thuraya dikenal karena aksinya memanjat tiang listrik dan menahan bendera Palestina tetap berkibar selama demonstrasi.

“Jangan pernah melihat tubuhku yang cacat, lihatlah aksi hebatku yang aku lakukan. Aku tidak pernah putus asa. Ini bukan akhir dari dunia dan hidup harus terus berlanjut,” ujar Thuraya suatu saat kepada Irish Friends of Palestine.

Semoga cita-citamu memujudkan Palestina yang merdeka terwujud, Thuraya!

(Baca juga:Moshe Dayan, Jenderal Si Mata Satu Sekaligus Pakar Militer Israel Paling Legendaris)

(Baca juga:Meski Bukan Berdarah Yahudi, Levi Eshkol Nyatanya Pernah Menjadi PM Israel dan Disebut sebagai Bapak Pemersatu Bangsa)

Artikel Terkait