Jika mereka tune in dengan tarian itu, seolah bukan hanya penari yang berputar-putar, tapi mereka juga ikut tersedot pusarannya.
Satu kali, Arief dan kawan-kawannya pernah melakukan tarian gasing ini di sebuah acara pernikahan.
Lucunya, ada seorang undangan yang pusing, mabuk melihat tarian itu, padahal yang menari baik-baik saja.
Toh tidak semua penari sampai pada tingkat ekstase spiritual. Ada juga yang melakukan hanya sebagai seni untuk tujuan keindahan saja.
"Saya menari untuk keindahan saja. Tidak sampai mabuk spiritual," aku Aat, salah satu penari darwis. Pengakuan yang jujur.
Ini juga merupakan salah satu ciri lain dari tarekat ini. Mursyid tidak memaksakan sesuatu pada muridnya. Siapa saja boleh ikut berzikir dan menari. Semua orang boleh datang.
Persis seperti panggilan Rumi dalam sebuah gazal (puisi cintanya):
Mari kemari, datang, datanglah, siapapun dirimu
Pengelana, peragu, dan pencinta
Mari, kemari, datanglah
Tak penting kau percaya atau tidak
Mari, mari, kemari, datanglah
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR