Intisari-Online.com - Siapa sangka wilayah yang dulunya terisolasi di persimpangan kekayaan kebudayaan India dan Cina ini adalah daratan yang mengilhami? Bahkan, pelawat yang paling muak dengan rasa ingin tahu sekalipun pastinya tak henti-henti terpesona dengan keelokannya.
Di Myanmar, reformasi pemerintah yang berlangsung sejak tahun 2010 dan keterpilihan aktivis demokrasi (penerima Nobel Perdamaian) Aung San Suu Kyi ke parlemen telah mendorong negeri yang sangat ramah ini ke panggung dunia. Tapi ini sebenarnya hanya masalah waktu belaka.
Puluhan tahun menutup diri telah melestarikan budaya dinamis yang sangat kental dengan tradisi Buddha di Myanmar. Terutama, di luar kota-kota besar seperti Yangon dan Mandalay, kehidupan sehari-hari sebagian besar tetap tak tersentuh oleh tren Barat. Catatan Rudyard Kipling dalam Surat Dari Timur masih menyuarakan kebenaran: “Ini adalah Burma dan akan sangat berbeda dengan setiap negeri yang Anda ketahui”.
Pengalaman perjalanan terbaik Burma memerlukan sedikit perencanaan, tapi hasilnya bakal memuaskan. Terlebih di Bagan, yang tekenal gersang, jejeran pagoda memenuhi dataran sepanjang Sungai Ayeyarwady di wilayah Myanmar bagian atas. Di tempat ini pula Raja Burma pemeluk Buddha pertama, pejabat-pejabat istana, dan patron yang berjasa lainnya membangun monumen keagamaan dari abad ke-11 hingga abad ke-13. Donald Stadtner, filolog yang ahli tentang Burma, mengatakan, di sini memang telah terjadi pemugaran yang salah kaprah dari beberapa candi di tahun 1990. Namun, wilayah dengan luas 16 mil persegi ini termasuk di antara situs-situs kuno suci yang paling penting di Asia Tenggara.
Di sini kita bisa menemukan pemandangan dari arah langit di awal pagi dari atas monumen. Caranya, dengan memesan balon udara mengitari Bagan. Inilah keuntungan mendanai proyek pelayanan masyarakat di sana. Kita juga bisa menghabiskan senja untuk menjelajahi jalan berdebu dengan sepeda. Saat matahari terbenam, temukan tempat yang agak tinggi dan pandangilah panorama kastil yang berstruktur seperti kilauan dalam cahaya keemasan.
Tips Perjalanan
Saat berangkat:Akhir bulan Oktober-Maret (musim kemarau). Balloons Over Bagan beroperasi setiap hari dari Oktober hingga Maret.
Tempat menginap:Di sekitar Bagan terdapat pilihan yang bersahabat dengan dompet dengan pemandangan yang memanjakan mata karena akan terlihat kuil dan pagoda dari balkon tempat Anda menginap.
Tips Budaya:Berpakaianlah secara konservatif (tidak boleh memakai celana pendek, rok mini, atau topi bola), terutama saat mengunjungi tempat wisata religius.
Bahan Bacaan: Buku Finding George Orwell in Burma karya Emma Larkin (2004), mengisahkan masa yang dihabiskan penulis berkebangsaan Amerika ini dalam menelusuri jejak Orwell, yang tinggal di Burma kala dijajah Inggris pada tahun 1920-an. (“Best Trips 2013”, NG Travel)