Karena zawiyah seperti sebuah balai umum yang selalu terbuka, Dede, bapak satu orang anak ini, seperti menemukan rumah kedua. Tinggal di situ, makan pun di situ.
"Di sini keluar masuk, biasa aja," tutur pria yang rumah aslinya di Lenteng Agung, Jakarta Selatan ini.
Sejak ikut tarekat, ia merasakan jiwanya lebih tenang. la merasa menemukan kedamaian agama yang dicarinya selama ini.
Agama yang sederhana, yang bisa dijangkau oleh orang seperti dia yang belum begitu mahir memahami teks-teks kitab suci.
Sejak ikut tarekat, ia mengaku menjadi tidak gampang marah, lebih bisa menahan diri, tidak lagi dikuasai rasa benci kepada orang lain.
Arief bertutur, anak-anak muda seperti Dede itu memang sasaran utama dakwah tarekatnya.
Sekalipun mungkin pengetahuan agama mereka masih kurang, anak-anak muda itu juga punya kerinduan kepada Tuhan seperti dirinya. Itu adalah bentuk dari ajaran cinta yang diajarkan di tarekatnya.
Lewat cinta, ajaran Rumi bisa menjangkau orang-orang yang bahkan tak paham apa itu sufisme atau tasawuf. Tarekat membantu mereka menemukan kedamaian dalam beragama.
Mabuk cinta
Zikir bersama di tarekat ini terbilang unik jika dibandingkan zikir umumnya. Sebagian orang mungkin menganggap aneh.
Zikir berlangsung mulai pukul sebelas malam sampai pukul satu dinihari. Tempatnya di zawiyah, sebuah bangunan mirip pendopo, beratap tapi tidak berdinding.
Umumnya, orang berzikir dengan duduk bersila, seperti yang biasa kita lihat selama ini. Di zawiyah tarekat Naqshbandi Haqqani Rabbani, mereka melafalkan zikir dan selawat sambil berdiri, mengayunkan tubuh ke depan belakang.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR