Oleh karena itu dalam tim kami antara lain terdapat seorang dokter, dua orang mantri kesehatan, dua orang sarjana sosial-politik, dan seorang perwira Zeni.
Dengan kapal selarn, tiap orang hanya boleh membawa dua setel pakaian seragam dan dua setel pakaian dalam. Selain itu juga ponco, kelambu kepala, handuk dan lain lain dalam satu ransel punggung.
Tapi ransel saya dan juga kedua mantri tadi, kami penuhi dengan minor surgery set (peralatan bedah) dan obat-obatan. Sebaliknya, anggota RPKAD lainnya memenuhi ranselnya dengan amunisi.
Ditawan musuh
Setelah beberapa hari "disekap" dalam kapal selam, kami tiba di titik sasaran. Dari kapal selam kami diterjunkan ke perahu karet 2 mil laut dari pantai. Tiap perahu karet berisi lima orang anggota pasukan.
Kami diberi petunjuk, harus mendarat sekian derajat dari titik awal. Maka berdayunglah kami -ke arah sasaran di darat.
Jarak 2 mil laut itu kami tempuh dalam waktu dua jam, karena harus melawan ombak, menghindari kelompok ikan hiu dan pantai yang curam sehingga harus sedikit mengubah haluan.
Ketika kami mendarat di pantai, di sana telah menunggu anggota pasukan yang datang lebih dulu. Bersama dengan mereka kami lalu menyusup ke perkampungan penduduk.
Penduduk yang kami jumpai ternyata tidak bersikap bermusuhan. Laki-lakinya berkulit hitam, bertelanjang dada, berambut ikal dan mengunyah sirih.
Mereka sukar diajak berkbmunikasi dalam bahasa Indonesia. Belakangan baru kami ketahui bahwa kami hanya didaratkan di Pulau Ternate sebagai latihan akhir.
Giliran waktu pendaratan yang sesungguhnya, kami disambut oleh pesawat Neptune Belanda yang dilengkapi dengan bom antikapal selam.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR