(Baca juga: Kehilangan Uang yang Ditabungnya Selama 1 Tahun untuk Bisa ke Disneyland, Gadis Ini Dapat Kejutan dari Polisi)
Hasilnya: para bangsawan itu berhenti berjudi.
Di kalangan polisi, Oemar dikenal sebagai perwira yang memperhatikan anak buah.
Sering dia mengunjungi rumah-rumah anggotanya, hanya sekadar ingin tahu kehidupan mereka dan keluarganya.
Kepada anggota polisi yang rambutnya terlihat sudah mulai panjang dia kerap menitipkan uang untuk ongkos pangkas.
“Kau potonglah rambutmu, agar istri dan anakmu bangga bahwa kau polisi.”
Uang yang diberikan kepada anggota polisi itu niscaya tidak banyak, sebab Oemar pun mengambilnya dari gaji bulanannya.
Toh bukan uang, namun perhatiannya itu yang membuat anak buahnya menaruh rasa hormat yang mendalam.
Namun bukan berarti ia mulus dalam berkarier.
Pernah dalam suatu peristiwa saat menenangkan anggota polisi yang mengepung kediaman kapolwil Bone ia justru dituduh sebagai penggerak pengepungan itu.
Waktu itu sempat terjadi tembak-menembak antara polisi pengepung dengan Kapolwil dan anggota keluarganya.
Para polisi pengepung itu tidak puas dan menuding Kapolwil melindungi anggota panitera pengadilan yang menikam seorang polisi.
Gara-gara tuduhan itu karier Oemar sempat tersendat, kenaikan pangkatnya ditunda beberapa waktu.
Seusai dinas di kepolisian ia mengais rupiah dari usaha bengkel yang modalnya ia peroleh dari hasil kredit.
Sayangnya, hingga kematiannya tahun 1983, kredit di bank itu masih tersisa Rp3 juta.
Banyak rekannya di kepolisian tidak percaya bekas wakil kepala polisi wilayah Bone itu meninggalkan utang di bank.
(Agus Surono)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR