Intisari-Online.com – Alkisah, seorang tua yang kaya dan baik hati. Ketika mencapai akhir hayatnya, ia memutuskan untuk meninggalkan harta miliknya kepada seorang pemuda yang jujur dan cerdas.
Membicarakan tentang keputusannya, pria tua kaya itu mengatakan kepada seorang teman baiknya bahwa ia ingin memilih dengan bijak.
Teman tersebut menasihatinya, “Lain kali ketika engkau berjualan, dan memberi kembalian kepada pelanggan, pastikan memberinya lebih dari yang seharusnya. Pelanggan yang mengembalikan uang lebihan itu padamu, maka engkau tahu bahwa itulah yang jujur.”
Orang kaya itu berterima kasih pada temannya atas nasihat tersebut. Karena menganggapnya sebagai ide bagus, dan mudah dilakukan, ia memutuskan untuk mencobanya.
Namun, ini yang tidak ia ketahui. Salah satu dari mereka yang hadir saat perbincangan itu, yaitu tetangganya yang berpura-pura menjadi teman orang kaya itu, tapi sangat iri dengannya, menyewa jasa seorang penyihir.
Ia membayar penyihir itu untuk memberi mantra pada uang orang kaya itu. Mantra itu berarti bahwa siapa pun yang melihat koin yang disentuh oleh orang kaya itu, maka mereka bukan melihat koin, tapi melihat apa yang paling diinginkan oleh pelanggan di dunia.
Dengan rencana tersebut, tetangga yang iri itu percaya bahwa tidak ada pelanggan satu pun yang akan mengembalikan uang kembalian yang berlebihan. Dan karena tidak ada orang yang mengembalikan uangnya, maka orang kaya itu akan menyerahkan semua kekayaannya kepada keponakan si tetangga.
Awalnya, semua berjalan sesuai rencana tetangga yang serakah itu. Tidak ada satu pelanggan pun yang mengembalikan kelebihan uang kembalian mereka.
Beberapa dari mereka melihat uang kembalian itu sebagai berlian terbesar atau batu mulia, yang lain melihat sebuah karya seni, beberapa melihat sebuah relik, dan beberapa melihat sebagai ramuan penyembuh ajaib.
Ketika orang kaya itu menyerang untuk mencari orang yang jujur, tetangga yang serakah itu mengirimkan keponakannya pada orang kaya itu, yang dengan sangat hati-hati menyuruh anak itu mengembalikan uang kembalian pada orang kaya itu.
Keponakannya bertekad untuk melakukan apa yang disuruh oleh pamannya, tapi saat menerima uang kembalian itu, ia justru melihat semua barang dan kekayaan pamannya sendiri.
Tahu bahwa apa yang dikatakan oleh pamannya hanyalah memperdayainya, keponakannya itu justru mengambil kekayaan milik pamannya. Ketika sang paman mengetahui pengkhianatan keponakannya, ia pun membuat keponakannya itu menghilang selamanya.
Sementara, orang tua yang kaya itu semakin sakit dan depresi. Ia memutuskan memanggil pelayannya sebelum meninggal.
Ia memberi mereka beberapa barang sehingga mereka bisa hidup bebas saat ia tidak lagi bersama mereka.
Di antara para pelayan itu adalah seorang pemuda, yang menerima sebagian dari uang itu secara tidak sengaja.
Pemuda yang dibesarkan di rumah orang kaya yang bijak itu, yang sudah dianggapnya sebagai ayah sendiri, mengembalikan uangnya, lalu membelikan obat yang bisa menyembuhkan orang kaya itu, karena ini yang benar-benar yang paling ia inginkan di dunia.
Saat melihat itu, pemuda tersebut menawarkan uangnya kembali kepada orang kaya itu, dengan mengatakan, “Ambillah ini, Tuan, ini untuk Anda. Itu akan membuat Anda merasa lebih baik.”
Kembalinya uang kecil itu benar-benar seperti obat yang paling ajaib.
Orang kaya itu melompat dengan sukacita karena akhirnya menemukan orang yang jujur, dan itu membuatnya senang karena ternyata orang jujur itu berada di rumahnya sendiri.
Jadilah, pelayan muda itu terus mengelola dengan adil, kemurahan hati, dan kejujuran, semua kekayaan dan urusan bisnis orang kaya itu.
Dan orang kaya itu terus menemani dan menasihatinya seperti anak laki-lakinya sendiri, selama bertahun-tahun.