Di antaranya dua dimanfaatkan sebagai satelit komunikasi pada titik geostasioner pada ketinggian 36.000 km.
Jumlah itu tidak terlalu mengesankan dibandingkan dengan Amerika yang sudah seratus kali meluncurkan roket dan satelit.
Namun, sejak malapetaka Challenger tanggal 28 Januari dan meledaknya satelit yang diluncurkan dengan roket tipe Titan, Delta dan Ariane, dunia Barat juga menerima tawarari dari Cina untuk memanfaatkan kemampuannya meluncurkan roket.
Yang pertama tertarik pada peluncuran satelit dengan roket Cina ialah Swedia. Selama ini sudah ada belasan negara yang melakukan pembicaraan dengan Beijing.
Perusahaan komunikasi New York, Teresat, sudah membuat kontrak: Satelit Westar 6 (Oktober 1987) dan Palapa (April 1987) akan diluncurkan dengan roket tipe Long March III.
Palapa itu bukan milik Indonesia lagi. Kedua satelit itu sebelumnya pernah diluncurkan, tetapi tidak berhasil masuk jalur yang dituju. Keduanya kemudian ditangkap kembali dan diperbaiki di bumi.
Mengandalkan Long March III bukan tanpa risiko. Versi ini baru dicoba tiga kali dan salah satunya gagal.
Risiko lain ialah bahwa Cina belum mempunyai gudang antidebu yang ber-AC untuk menyimpan satelitnya.
Tanpa yang disebut clean room (ruangan bersih) satelit Barat yang sangat peka itu bisa rusak. Debu dan rambut pun bisa mengacau.
Baca Juga : Israel Lakukan Serangan Udara di Gaza Setelah Hamas Tembakkan Lebih dari 150 Roket
Xinhua, kantor berita Cina milik negara, pernah memberitakan bahwa Beijing dan perusahaan Amerika Hughes telah membuat kontrak untuk membuat tempat peluncuran Amerika Cina di Hawaii bagi Long March.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR