(Waspadalah, dalam Kondisi Perang, Korut Bisa Menyerang Pakai Drone Bersenjata Kimia)
Oleh karena itu serangan dadakan pasukan AS ke Korut sebenarnya bisa dilakukan kapan saja.
Jika mau mendapatkan timing yang tepat serangan dadakan itu bisa dilakukan menjelang uji coba nuklir Korut yang keenam dilaksanakan.
Tapi serangan dadakan hanya melumpuhkan sasaran terpilih. Serangan itu belum bisa menghentikan total tindakan Korut yang ingin menyerang AS dan Korsel meggunakan persenjataan lainnya. Misalnya, rudal non nuklir atau senjata kimia.
Namun jika militer AS dan sekutunya melancarkan serangan invasi secara besar-besaran ke Korut seperti terjadi pada waktu Perang Korea (1950-1953), peperangan itu akan butuh waktu lama dan banyak makan korban jiwa.
Meskipun militer Korut memiliki senjata lebih inferior dibandingkan AS dan sekutunya, semua warga Korut adalah tentara dan kombatan.
Para ibu dan anak-anak saja mahir menembak karena di tiap RT ada kewajiban latihan menembak. Para anak Korut bahkan sudah biasa menembak mati ayam yang mau dikomsumsi. Bukan dengan cara disembelih.
Pemerintah AS dan sekutunya memang memiliki banyak keuntungan jika Korut bisa ditaklukkan melalui serbuan invasi.
Pemimpin Korut dan rezimnya bisa dibubarkan dan secara perlahan negara komunis total itu diganti menjadi negara demokratis. Seperti yang telah dilakukan AS tehadap Irak dan Afghanistan.
Namun perang berupa invasi yang merupakan peperangan konvensional, karena kedua belah pihak yang bertempur saling berhadapan jelaskan akan makan banyak korban jiwa.
Perang Korea yang berakhir dengan gencatan saja telah mengakibatkan korban tewas sebanyak 2 juta orang .
Maka jika Perang Korea dalam bentuk perang konvensional terjadi lagi, jelas tidak ada pihak yang diuntungkan. Semua dirugikan.
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR