Intisari-Online.com - Serangan rudal ke Suriah yang dilakukan pada Kamis malam (6/4) minggu lalu sebenarnya juga membawa pesan bahwa militer AS masih bermental sebagai polisi dunia.
Militer AS, melalui penilaiannya sendiri memutuskan menggempur Suriah yang dituduh menggunakan bom kimia untuk membunuh warganya sendiri.
Mental sebagai polisi dunia atau malah koboi itu sekaligus mencerminkan sifat negara adi daya AS yang bisa melaksanakan serangan bersifat agresif tanpa menggubris pihak-pihak lain.
(Baca juga:Perang Dunia III Sesungguhnya Sudah Lama Terjadi di Suriah, Baik secara Politik maupun Militer)
Apapun alasannya, militer AS memang paling kuat di dunia. Pangkalan militernya bahkan tersebar hampir di seluruh belahan bumi dalam kondisi siap perang.
Kapal-kapal induk AS juga terus bergerak dan berpatroli di semua perairan internasional dan bisa diperintahkan menyerang negara mana pun dalam hitungan menit. Maklum semua kapal induk AS yang bertenaga nuklir itu bisa berlayar sampai bertahun-tahun tanpa mengisi bahan bakar ulang.
Di semua kapal induk AS yang terus bergerak itu juga tersedia semua peralatan tempur seperti jet-jet tempur, rudal-rudal jelajah dari jarak menengah hingga rudal jarak jauh, rudal nuklir, ribuan pasukan marinir, dan lainnya.
Apalagi keberadaan kapal induk itu selalu disertai kapal-kapal perang sebagai pendukung operasi tempur (battle strike group).
Maka sangat beralasan pula jika gempuran AS ke Suriah yang mencerminkan tindakan sebagai polisi dunia atau koboi itu, seperti diungkapkan Presiden Donald Trump, sekaligus merupakan ancaman bagi Korea Utara.
Apalagi mentalitas negara koboi adalah seperti koboi yang ke mana-mana menyandang pistol dan gemar mencabut senjatanya (trigger happy). Saat ini militer AS memang sedang diprediksi akan segera melancarkan serangan rudal ke Korut, terkait ancaman Korut yang ingin menyerang AS menggunakan rudal nuklir.
China membela siapa?
Tujuan utama AS menyerang Korut sebenarnya untuk menghentikan proyek pengayaan program nuklir Korut yang perkembangannya makin membahayakan.
Tapi untuk menyerang Korut itu, AS sangat memperhitungan China, mengingat konfrontasi dengan Korut selalu melibatkan China.Pasalnya daerah perbatasan antara Korut dan China hanya dibatasi oleh Sunga Yalu.
Untungnya China sepakat dengan AS yang ingin menyerang Korut seperti yang telah dilakukannya terhadap Suriah. Sebab program nuklir Korut ternyata juga membahayakan China.
Namun, untuk mengantisipasi perkembangan yang tak diinginkan, China telah menempatkan 150 ribu pasukannya di perbatasan China-Korut. Pasukan tempur itu antara lain dilengkapi oleh tim-tim medis dan perlengkapan tempur anti senjata kimia.