Serangan Dadakan atau Invasi, Ini Untung-Rugi dari Pilihaan Taktik Perang AS untuk Lumpuhkan Korut

Agustinus Winardi
Agustinus Winardi
,
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Kim Jong Un dan pasukan Korut yang sangat loyal
Kim Jong Un dan pasukan Korut yang sangat loyal

Intisari-Online.com -Jika AS jadi menyerang Korea Utarastrategi tempur yang digunakan hanya ada dua,serangan dadakan (pre-emptive war) atauinvasi.

Untuk melancarkan dua taktik tempur itu AS dan sekutunya, Korea Selatan, sudah siap.

(Semenanjung Korea Memanas: Inilah Perbandingan Kekuatan Militer AS, China, Korsel dan Korut)

Sementara serangan menggunakan taktik senyap dengan cara mengirim pasukan khusus sulit dilakukan mengingat ketatnya penjagaan pasukan di Korut.

Selama ini Korut diketahui telah melakukan uji ledakan bom nuklir sebanyak lima kali dan sebentar lagi akan melakukan uji ledakan keenam.

Tujuan uji ledak nuklir keenam itu adalah sebagai respon atas manuver kekuatan tempur AS yang digelar di Semenanjung Korea.

Sekaligus sabagai penggertak bagi AS bahwa Korut memang memiliki bom nuklir yang siap digunakan.

(Tak Peduli dengan Ancaman AS yang Direstui China, Korut Tetap Uji Coba Tembakkan Rudal Balistik)

Jika militer AS mau melancarkan serangan dadakan menggunakan rudal seperti di Suriah dan pesawat pengebom dari udara ke Korut sebenarnya sudah bisa dilakukan.

Pasalnya jika alasannya hanya karena Korut memilik bom nuklir juga sudah bisa dibuktikan. Korut sendiri ketika melakukan uji coba bom nuklir selalu dilakukan secara terang-terangan.

Pemimpin Korut Kim Jong Un juga tahu jika satelit mata-mata AS selalu memonitor wilayah Korut selama 24 jam. Tapi Kim tidak menggubris adanya satelit mata-mata itu.

Dia malah sengaja pamer dan bersuka cita jika uji coba ledakan nuklirnya sukses dan diliput satelit mata-mata AS.

(Waspadalah, dalam Kondisi Perang, Korut Bisa Menyerang Pakai Drone Bersenjata Kimia)

Oleh karena itu serangan dadakan pasukan AS ke Korut sebenarnya bisa dilakukan kapan saja.

Jika mau mendapatkan timing yang tepat serangan dadakan itu bisa dilakukan menjelang uji coba nuklir Korut yang keenam dilaksanakan.

Tapi serangan dadakan hanya melumpuhkan sasaran terpilih. Serangan itu belum bisa menghentikan total tindakan Korut yang ingin menyerang AS dan Korsel meggunakan persenjataan lainnya. Misalnya, rudal non nuklir atau senjata kimia.

Namun jika militer AS dan sekutunya melancarkan serangan invasi secara besar-besaran ke Korut seperti terjadi pada waktu Perang Korea (1950-1953), peperangan itu akan butuh waktu lama dan banyak makan korban jiwa.

Meskipun militer Korut memiliki senjata lebih inferior dibandingkan AS dan sekutunya, semua warga Korut adalah tentara dan kombatan.

Para ibu dan anak-anak saja mahir menembak karena di tiap RT ada kewajiban latihan menembak. Para anak Korut bahkan sudah biasa menembak mati ayam yang mau dikomsumsi. Bukan dengan cara disembelih.

Pemerintah AS dan sekutunya memang memiliki banyak keuntungan jika Korut bisa ditaklukkan melalui serbuan invasi.

Pemimpin Korut dan rezimnya bisa dibubarkan dan secara perlahan negara komunis total itu diganti menjadi negara demokratis. Seperti yang telah dilakukan AS tehadap Irak dan Afghanistan.

Namun perang berupa invasi yang merupakan peperangan konvensional, karena kedua belah pihak yang bertempur saling berhadapan jelaskan akan makan banyak korban jiwa.

Perang Korea yang berakhir dengan gencatan saja telah mengakibatkan korban tewas sebanyak 2 juta orang .

Maka jika Perang Korea dalam bentuk perang konvensional terjadi lagi, jelas tidak ada pihak yang diuntungkan. Semua dirugikan.

Artikel Terkait