Dari sisi estetika, penggunaan tiang di tengah-tengah juga dinilai kurang bagus.
Proses konstruksi lengkung LRT ini adalah menggunakan box girder beton yang memiliki ciri khas berongga pada bagian dalamnya.
Dengan perhitungan yang sangat presisi, box girder ini kemudian dipasang dari kedua sisi hingga kemudian bisa bertemu atau saling menyambung di tengah atau tepat di atas jalan tol.
Tak hanya soal desain yang salah, Tiko juga mempersoalkan koordinasi semua pihak yang terlibat selama proses konstruksi.
Mantan Dirut Bank Mandiri itu menuturkan, pada dasarnya ada enam komponen dalam proyek LRT Jabodebek.
Di antaranya prasarana yang digarap oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk, kereta oleh PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, hingga persinyalan oleh PT Len Industri (Persero).
Namun, dari banyaknya komponen yang terlibat dalam proyek, tidak ada integrator atau penghubung di dalamnya.
Alhasil, setiap komponen bekerja masing-masing tanpa sistem integrator.
Hal ini menyebabkan banyak terjadi kesalahan koordinasi, salah satunya mengenai desain longspan yang tidak sesuai.
"Di semua proyek besar itu ada sistem integrator, tapi ini enggak ada. Jadi semua komponen proyek itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah," ucapnya.
Spesifikasi 31 rangkaian LRT berbeda-beda Kondisi itu membuat pula spesifikasi kereta LRT Jabodebek yang jumlahnya ada 31 rangkaian menjadi berbeda-beda.
Ini membuat sistem perangkat lunak (software) harus diperbaiki dan membuat biayanya menjadi lebih tinggi.
Tiko menyebut, kesalahan kordinasi antara pihak yang menggarap proyek sering kali terjadi di Indonesia.
Oleh sebab itu, ini menjadi tantangan yang harus diperbaiki ke depannya.
"Karena pra-sarananya waktu dibangun tidak ngobrol dengan spek sarananya. Di Indonesia banyak terjadi begini. Tapi ya itulah, bagian dari belajar, ini harus kita beresin satu-satu," kata dia.
Ia bilang perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam 3,5 tahun terakhir ini membuat LRT Jabodetabek semakin siap untuk dioperasikan.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR