Dia juga menjadi ketua Organisasi Kesatuan Afrika pada tahun 1964 dan 1965.
Kemudian menjadi tokoh pan-Arabisme yang berusaha menyatukan bangsa Arab di bawah bendera nasionalisme dan sosialisme.
Nasser juga berani melawan kolonialisme dan zionisme yang mengancam kedaulatan dan kepentingan bangsa Arab.
Dia menentang perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel pada tahun 1950, yang memberikan konsesi kepada Israel atas Palestina.
Dia menasionalisasi Terusan Suez pada tahun 1956, yang merupakan sumber pendapatan penting bagi Inggris dan Prancis.
Dia juga menghadapi agresi militer dari Inggris, Prancis, dan Israel dalam Krisis Suez, yang berhasil diatasi dengan bantuan Uni Soviet dan Amerika Serikat² .
Nasser juga mendukung perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan Israel.
Dia memberikan bantuan militer dan politik kepada gerakan perlawanan Palestina, seperti Fatah dan Front Pembebasan Nasional Palestina.
Dia juga memobilisasi pasukan Mesir untuk berperang melawan Israel dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967, meskipun mengalami kekalahan besar.
Dia juga berusaha untuk memediasi konflik antara negara-negara Arab, seperti dalam Perang Saudara Yaman Utara dan Perang Saudara Yordania.
Warisan Nasser masih hidup hingga kini di hati banyak orang Mesir dan Arab.
Dia dianggap sebagai pahlawan nasional dan simbol revolusi.
Banyak jalan, tugu, sekolah, universitas, dan organisasi yang dinamai menurut namanya.
Banyak pemimpin dan gerakan politik yang terinspirasi oleh ideologi dan visinya.
Nasser juga meninggalkan banyak karya tulis dan pidato yang merefleksikan pemikiran dan pandangannya tentang berbagai isu nasional dan internasional.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR