Lewat meja diplomasi dan perundingan, Sutan Sjahrir berjuang mati-matian untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Intisari-Online.com -Sutan Sjahrir bukan tipikal pahlawanan Indonesia yang menenteng senjata dari medan pertempuan satu ke medan pertempuran lain.
Perdana Menteri pertama Indonesia itu adalah rajanya perundingan.
Dengan kemampuan diplomatiknya itu, dia ke sana-ke mari mencari dukungan dan pengakuan dari negara lain terkait kemerdekaan Indonesia.
Beragama diplomasi dilakukan pria asal Padang Panjang itu.
Setelah proklamasi,Sutan Sjahrir lebih banyak berjuang lewat meja diplomasi.
Dirinya mendapat julukan tersebut karena kontribusinya yang sangat besar terhadap keberhasilan perjuangan diplomasi Indonesia di dunia Internasional.
Kiprah Sutan Sjahrir dalam bidang diplomasi bermula pada bulan Oktober 1945.
Ketika itu Sutan Sjahrir melakukan perundingan dengan Belanda terkait dengan pertempuran pascaproklamasi di beberapa kota Indonesia.
Pada perkembangannya, Sutan Sjahrir juga memimpin perundingan lain antara Indonesia dan Belanda seperti perundingan Hoge Valluwe dan Linggarjati.
Dalam melaksanakan perundingan, Sutan Sjahrir tetap konsisten untuk berpegang teguh pada nilai-nilai humanisme dan demokrasi.
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, keahlian diplomasi Sutan Sjahrir di kancah Internasional sangat terlihat dari kebijakannya untuk melakukan Diplomasi Beras ke India pada bulan Mei 1946.
Melalui kebijakan Diplomasi Beras, Sutan Sjahrir mampu menembus blokade ekonomi Belanda dan menarik simpati masyarakat India terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sebagai balasan atas jasa-jasa Indonesia, pemerintah India memberikan pengakuan kemerdekaan terhadap Indonesia.
India juga mengadakan Konferensi Hubungan Asia di New Delhi.
Konferensi Hubungan Asia yang berlangsung pada 23 Maret hingga 2 April 1947 bertujuan untuk menghimpun dukungan negara-negara Asia terhadap kemerdekaan Indonesia.
Dalam konferensi ini, Sutan Sjahrir menjadi wakil Indonesia untuk menarik simpati negara-negara Asia dalam pengakuan kemerdekaan Indonesia.
Dia mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang dialami Indonesia ketika menghadapi ambisi Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.
Dalam buku Sutan Sjahrir: Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya (2011) karya Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir kembali ditunjuk sebagai salah satu delegasi Indonesia pada Sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Success, New York.
Sidang ini berlangsung pada bulan Agustus 1947 untuk membahas permasalahan Indonesia dan Belanda terkait Agresi Militer Belanda I.
Dalam Sidang Dewan Keamanan PBB, Sutan Sjahrir memberikan pidato tentang sebuah bangsa muda bernama Indonesia yang memiliki peradaban yang panjang.
Pidato Sjahrir tersebut mampu membuat takjub hampir seluruh peserta sidang di Lake Success.
Pidato Sutan Sjahrir dalam Sidang Dewan Keamanan PBB bahkan diberitakan oleh The New York Herald Tribune sebagai salah satu pernyataan paling mengesankan di Lake Success.