Pada 5 November 2006, ia dinyatakan bersalah atas keterlibatannya dalam pembantaian 148 orang Syiah di Dujail pada 1982, dan dihukum mati dengan cara digantung.
Hukuman itu dilaksanakan pada 30 Desember 2006 di Camp Justice, Baghdad.
Namun, harapan Amer dan jutaan warga Irak lainnya untuk hidup damai dan sejahtera setelah kejatuhan Saddam Hussein segera sirna.
Irak segera tenggelam dalam kekacauan dan kekerasan yang disebabkan oleh pemberontakan, terorisme, dan perselisihan sektarian.
Pasukan Amerika Serikat dan koalisi tidak mampu mengatasi situasi yang semakin memburuk di Irak.
Mereka juga melakukan kesalahan fatal dengan membubarkan angkatan bersenjata Irak dan melarang anggota Partai Ba'ath dari jabatan pemerintahan.
Langkah ini meninggalkan ratusan ribu orang tanpa pekerjaan dan merasa terasingkan dari proses politik pasca-Saddam Hussein.
Banyak mantan perwira militer dan anggota Partai Ba'ath yang kemudian bergabung dengan kelompok-kelompok pemberontak dan ekstremis, seperti Al-Qaeda di Irak yang dipimpin oleh Abu Musab al-Zarqawi.
Kelompok ini melakukan serangan-serangan brutal terhadap pasukan koalisi, pemerintah Irak, dan warga sipil, terutama dari kelompok Syiah yang mayoritas di Irak.
Pada 2006, Irak terperosok dalam perang saudara antara Sunni dan Syiah, yang memicu pembunuhan massal, pembantaian, pengusiran paksa, dan penghancuran tempat-tempat ibadah.
Ribuan orang tewas atau mengungsi akibat kekerasan sektarian ini.
Baca Juga: Di Balik Peristiwa Idul Adha, Begini Dunia Merayakan Hari Raya Kurban
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR