Kesempatan ini dipergunakan HB II untuk merebut kembali takhtanya.
Saat itu, beliau menurunkan status Sri Sultan Hamengku Buwono III yang semula sempat menjadi Raja Yogyakarta, kembali ke posisi sebelumnya, yaitu Putra Mahkota.
HB II juga mengeksekusi Patih Danurejo II yang terbukti bersekongkol dengan Daendels.
Sifat keras Sri Sultan Hamengku Buwono II lagi-lagi menempatkan beliau dalam posisi sulit, terlebih saat harus berhadap-hadapan dengan bangsa asing.
Di bawah pimpinan Letnan Gubernur Inggris, Thomas Stamford Raffles, Keraton Yogyakarta diserang oleh prajurit Sepoy asal India pada tanggal 20 Juni 1812.
Akibat gempuran tersebut, Keraton Yogyakarta diduduki Inggris.
Harta benda termasuk ribuan karya sastra Jawa dijarah.
Sri Sultan Hamengku Buwono Il ditangkap, kemudian diasingkan ke Pulau Pinang sampai tahun 1815.
Kembalinya Sri Sultan Hamengku Buwono II dari pengasingan ke Pulau Jawa pada tahun 1815 tidaklah lama.
Setelah penyerahan kembali jajahan Belanda oleh Inggris pada tanggal 9 Agustus 1816, Belanda segera membahas posisi Sri Sultan Hamengku Buwono II yang dianggap sebagai ancaman besar.
Maka pada 10 Januari 1817, HB II dibuang ke Ambon.
Selama kurun waktu tersebut, Yogyakarta sedang dilanda kondisi tidak menentu.
HB III meninggal dunia, kemudian digantikan oleh putranya yang kemudian mendapat HB IV.
Belum lama bertakhta, HB IV meninggal dunia.
Ia kemudian digantikan oleh putranya yang masih sangat belia, HB V.
Pada masa HB V inilah meletus perlawanan Pangeran Diponegoro.
Untuk melunakkan hati Pangeran Diponegoro, Belanda memanggil kembali HB II yang kini sudah menjadi Sultan Sepuh.
Sri Sultan Hamengku Buwono II naik takhta untuk yang ketiga kalinya
Sri Sultan Hamengku Buwono II kembali diangkat menjadi Raja Yogyakarta, untuk yang ketiga kalinya, pada tanggal 20 September 1826.
Tapi sayang, tak lama kemudian, HB II meninggal dunia, tepatnua pada 3 Januari 1828.
HB II dimakamkan di Kotagede.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR