Sebelumnya, Kota Depok yang baru mekar dari Kabupaten Bogor pada 1999 itu dipimpin Badrul Kamal, kader Golkar.
Pada Pilkada Depok 2005, baik Nur Mahmudi dan Badrul Kamal sama-sama maju dalam kontestasi.
Nur Mahmudi datang sebagai eks menteri kehutanan dan perkebunan era Abdurrahman Wahid.
Dia berduet dengan Yuyun Wirasaputra, eks Plt. Wali Kota Administratif Depok periode 1996-1997.
Keduanya diusung oleh PKS saja, tanpa partai lain.
Nur Mahmudi-Yuyun keluar sebagai pemenang usai meraup 43,9 persen suara.
Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad yang notabene anggota DPRD Kota Depok hanya beroleh 38,9 persen suara meski diusung 2 partai, Golkar dan PKB.
Selain itu, beberapa kandidat lain yang dibeking banyak partai juga dicukur, seperti Harun Heryana-Farhan AR usungan PAN, PBB, PBR, PKBR; atau Yus Ruswandi-Soetadi Dipowongso usungan PDI-P bersama PPP dan PDS.
Resmi dilantik sebagai wali kota pada 2006, Nur Mahmudi membuka pintu bagi kejayaan PKS di Kota Belimbing yang ternyata bertahan 2 dasawarsa.
Pilkada Depok 2010, Nur Mahmudi kembali mencalonkan diri lewat usungan PKS, PAN, dan 3 partai lain.
Menggandeng kalangan nonpartai yang dikenal sebagai pemuka agama, Mohammad Idris, Nur Mahmudi menang mudah dengan raihan 61,87 persen suara.
Badrul Kamal yang diusung Golkar, Demokrat, PDI-P, PPP, PKB, PDS, dan PDP keok.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR