Dalam perjalanannya, selain PDI-P, partai-partai itu sempat safari politik dan tampak menjajaki peluang koalisi dengan PKS, namun pada akhirnya mereka kembali berlabuh ke Pradi.
Gerindra dan PDI-P sebagai penggerak utama sudah curi start jauh dari PKS yang waktu itu masih bimbang menunjuk nama kandidat.
Saat PKS belum mengapungkan nama calon, Gerindra dan PDI-P sudah sepakat mengusung Pradi Supriatna dan Afifah Alia sejak Mei.
Sementara itu, Idris yang tak punya partai baru diusulkan maju oleh PKS 2 bulan berselang, berpasangan dengan Imam Budi Hartono, kader tulen PKS.
PKB dan PSI yang sempat ada di barisan PKS, akhirnya membelot ke Pradi-Afifah setelah PKS menunjuk Idris maju lagi.
Tak heran, pertarungan Idris versus Pradi di Pilkada Depok diprediksi sengit ibarat partai El Clasico di kancah sepakbola.
Dia dan PKS diprediksi tak akan menang mudah sebagaimana 2 edisi Pilkada Depok sebelumnya.
Sebab, selain sama-sama petahana, duel Idris versus Pradi dipandang sebagai adu kuat mesin partai PKS melawan kedigdayaan logistik Gerindra dan PDI-P serta pembuktian koalisi langsing versus koalisi gemuk.
"Ada peluang yang sama untuk menang. Pilkada Depok 2020 ini adalah ujian dua kekuatan besar sekaligus," ungkap analis politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno.
"Ini ujian bagi PKS apakah dia sanggup mempertahankan basis konstituennya. Namun secara kasat mata Gerindra dan PDI-P punya segala-galanya dan akan mengarahkan segala-galanya," imbuhnya.
Lalu bagaimana kekuatan PKS pada Pilkada Depok 2025 nanti?
Benarkah Kaesang Pangarep akan benar-benar maju menantang hegemoni PKS?
Kita tunggu saja!
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR