Ia kemudian menduduki berbagai jabatan penting di partai tersebut, seperti Ketua Dewan Pakar, Ketua Bidang Komunikasi Politik, Sekretaris Jenderal, dan akhirnya Ketua Umum.
Harmoko juga dipercaya oleh Soeharto untuk menjadi Menteri Penerangan selama tiga periode Kabinet Pembangunan (1983-1997).
Sebagai Menteri Penerangan, Harmoko bertugas sebagai juru bicara pemerintah dan penyebar informasi dari Orde Baru.
Ia dikenal sebagai ahli komunikasi massa dan cukup kreatif dalam mengemban tugasnya.
Pada zaman Harmoko jadi Menteri Penerangan, muncul Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pirsawan (Kelompencapir) serta Safari Ramadan.
Harmoko juga sering mengucapkan kalimat legendaris “menurut petunjuk Bapak Presiden” untuk menunjukkan loyalitasnya kepada Soeharto.
Namun, Harmoko juga pernah dicela oleh Soeharto karena dianggap tidak mampu mengatasi masalah pers yang kritis terhadap pemerintah.
Pada tahun 1994, Soeharto mengatakan kepada Harmoko, "Kalau kamu tidak bisa mengurus pers ini dengan baik, lebih baik kamu mundur saja".
Hal ini terjadi setelah majalah Tempo, Editor, dan Detik dilarang terbit oleh Departemen Penerangan karena meliput kasus pembelian pesawat F-16 oleh pemerintah.
Pada tahun 1997, Harmoko terpilih menjadi Ketua DPR dan Ketua MPR menggantikan Wahono.
Ia menjadi pemimpin lembaga legislatif di saat Indonesia dilanda krisis ekonomi dan politik yang hebat.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR