Pangeran Trunojoyo sebenarnya masih termasuk keturunan Sultan Agung.
Akan tetapi, ia selalu menganggap penguasaan Mataram atas Madura yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Agung adalah sebuah bentuk penjajahan.
Melihat perangai buruk Amangkurat I, niat Trunojoyo untuk memberontak pun semakin besar.
Oleh karena itu, ketika mendengar tawaran Pangeran Adipati Anom, Trunojoyo pun dengan senang menerimanya.
Terlebih lagi, Pangeran Adipati Anom berjanji akan memberikan sebagian besar wilayah Madura apabila ia berhasil merebut takhta Mataram.
Selain Pangeran Adipati Anom, Trunojoyo bekerjasama dengan banyak pihak untuk melawan Amangkurat I.
Termasuk rakyat dan pejabat Mataram, masyarakat Madura, hingga orang-orang Makassar yang dipimpin oleh Karaeng Galesong.
Orang-orang Makassar ini juga menaruh dendam terhadap Amangkurat I yang pernah melecehkan Sultan Hasanuddin.
Dalam perkembangannya, pasukan Trunojoyo pun semakin kuat karena dukungan berbagai pihak yang merasa sakit hati dengan sultan Mataram.
Gabungan pasukan Trunojoyo yang berjumlah sekitar 9.000 orang berhasil merebut sebagian besar pantai utara Jawa.
Pada September 1676, Karaeng Galesong mempimpin pasukan untuk merebut Surabaya hingga akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara Mataram di Gegodog, sebelah timur Tuban.
Meski jumlah tentara Mataram lebih banyak, para pemberontak berhasil memenangkan pertempuran.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR