Pintalan kayu gabus ini akan diganti dengan ukuran yang lebih besar setiap seminggu sekali hingga lubang daun telinga cukup besar untuk dipasangi belaong.
Belaong adalah anting-anting tradisional dari bahan tembaga berbentuk lingkaran gelang yang memiliki berat sekitar 100 gram hingga 1 kilogram.
Ada dua jenis belaong yang digunakan untuk memanjangkan daun telinga, yaitu hisang semhaa yang dipasang di sekeliling lubang daun telinga dan hisang kavaat yang dipakai pada lubang daun telinga.
Belaong ini akan ditambahkan satu per satu hingga mencapai jumlah maksimal sesuai dengan kemampuan seseorang.
Biasanya, wanita suku Dayak bisa memakai belaong hingga 10 buah di setiap telinganya.
Ancaman Punah dan Upaya Pelestarian Telingaan Aruu
Tradisi telingaan aruu kini menghadapi ancaman punah karena semakin sedikitnya orang yang mau melakukannya.
Generasi muda suku Dayak, khususnya yang lahir di era 1960-an ke atas, tidak lagi mengikuti tradisi ini karena dianggap kuno, tidak praktis, dan tidak sesuai dengan kemajuan zaman.
Mereka juga merasa malu dan minder dengan telinga panjang mereka yang berbeda dengan orang lain.
Bahkan, beberapa dari mereka memilih untuk memotong telinga panjang mereka agar terlihat normal.
Selain itu, tradisi telingaan aruu juga terkikis oleh pengaruh agama dan budaya asing yang masuk ke Kalimantan.
Baca Juga: Lomban, Tradisi Unik Syawalan di Jepara yang Meriahkan Hari Raya Nelayan dengan Hias Perahu
Beberapa suku Dayak yang menganut agama Islam atau Kristen tidak lagi melakukan tradisi ini karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama mereka.
Beberapa suku Dayak juga terpengaruh oleh budaya modern yang menawarkan standar kecantikan yang berbeda dari tradisi mereka.
Namun, masih ada sebagian orang yang berusaha melestarikan tradisi telingaan aruu sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya suku Dayak.
Mereka menganggap telinga panjang sebagai simbol kebanggaan dan kehormatan yang harus dilestarikan dan diturunkan kepada generasi berikutnya.
Mereka juga berharap agar pemerintah dan masyarakat luas dapat memberikan dukungan dan penghargaan kepada mereka yang masih menjalankan tradisi ini.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR