Intisari-online.com - Salah satu ciri khas suku Dayak di Kalimantan adalah telinga panjang yang menjuntai hingga ke bahu.
Telinga panjang ini bukanlah hasil dari kelainan genetik atau operasi plastik, melainkan sebuah tradisi yang disebut telingaan aruu.
Tradisi ini dilakukan oleh beberapa sub suku Dayak yang tinggal di pedalaman Kalimantan dengan tujuan yang beragam, mulai dari identitas kebangsawanan, penanda umur, hingga simbol kecantikan.
Namun sayangnya, tradisi ini kini mulai ditinggalkan oleh generasi muda karena dianggap kuno dan tidak praktis.
Asal-usul dan Makna Telingaan Aruu
Tidak diketahui secara pasti kapan dan bagaimana tradisi telingaan aruu bermula.
Namun menurut beberapa sumber, tradisi ini sudah ada sejak zaman prasejarah dan berkembang seiring dengan perkembangan budaya suku Dayak.
Telingaan aruu berasal dari kata telinga dan aruu yang berarti panjang.
Tradisi ini dilakukan dengan cara menindik daun telinga bayi dan memasang pemberat berupa anting-anting tradisional dari bahan tembaga yang disebut belaong.
Belaong ini akan ditambahkan satu per satu hingga daun telinga membesar dan memanjang.
Tradisi telingaan aruu memiliki makna yang berbeda-beda bagi setiap sub suku Dayak yang melakukannya.
Baca Juga: Mengenal Tradisi Bapukung, Cara Masyarakat Suku Dayak Menidurkan Anak-anaknya, Lain Dari Yang Lain
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR