Tradisi ini semakin berkembang setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Dengan adanya kemerdekaan, orang Indonesia memiliki kebebasan untuk mudik tanpa takut dihalangi atau diawasi oleh penjajah.
Selain itu, adanya kemajuan teknologi dan infrastruktur juga memudahkan akses transportasi untuk mudik.
Makin Getol Sejak BBM Disubsidi
Tradisi mudik mulai rutin berlangsung di Indonesia sejak tahun 1970-an, ketika pemerintah Orde Baru membangun jalan tol dan jembatan yang mempermudah akses transportasi antar kota.
Selain itu, adanya program transmigrasi juga menyebabkan banyak orang pindah dari Jawa ke daerah lain, sehingga meningkatkan keinginan untuk mudik.
Tradisi mudik semakin massal pada tahun 1980-an, ketika pemerintah memberikan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan tiket kereta api bagi para pemudik.
Hal ini membuat biaya transportasi menjadi lebih murah dan terjangkau bagi masyarakat.
Selain itu, adanya perkembangan media massa juga membuat masyarakat lebih aware tentang tradisi mudik.
Tradisi mudik mencapai puncaknya pada tahun 1990-an, ketika perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dan banyak orang merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan dan penghasilan lebih baik.
Mereka merasa perlu untuk pulang ke kampung halaman mereka untuk melepas rindu dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.
Tradisi mudik tetap berlangsung hingga saat ini, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, seperti kemacetan, kecelakaan, pandemi Covid-19, dan larangan mudik dari pemerintah.
Masyarakat Indonesia tetap menjaga tradisi mudik sebagai salah satu cara untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga dan kerabat.
Baca Juga: Ternyata Orang Zaman Majapahit Mudik Bukan Karena Lebaran, Lalu?
KOMENTAR